DIMENSI ILMU
Dalam
literature terdapat pendapat pendapat berbagai ahli yang menyatakan misalnya
bahwa ilmu adalah suatu pranata kemasyarakatan (social institution), suatu
kekuatan kebudayaan (cultural force), atau sebuah permainan (game).
Pernyataan-pernyataan semacam ini bukanlah pengertian atau definisi ilmu,
melainkan lebih tepat menunjukan dimensi ilmu. Perkataan Inggris dimension
dapat berarti sifat perluasan (quality of extension), hal
pentingnya (importance), dan watak yang cocok (character proper).
Pengertian ilmu yang sesungguhnya tetaplah sebagai penelitian, metode, dan
pengetahuan, apabila ilmu dibahas dari sudut salah satu dimensinya, maka ini
merupakan suatu analisis dari sudut tinjauan khusus yang bercorak eksternal. Melengkapi
dimensi-dimensi ilmu yang berdasarkan hampiran cabang-cabang ilmu khusus itu,
ada dua dimensi yang bersifat reflektif, abstrak, dan formal sejalan dengan dua
bidang pengetahuan yang bercorak demikian itu. Ini ialah dimensi filsafati dan
dimensi logis dari ilmu. Dari sudut tinjauan filsafat maka ilmu dapat dipandang
misalnya sebagai pandangan dunia (world view) atau nilai manusiawi (human
value). Tinjauan dari sudut logika dapat membahas internal consistency pada
proposisi-proposisi ilmu atau menekankan hampiran formal. Bilamana memang
realitas di dunia ini mengandung banyak sekali kebulatan yang teratur, maka
wajarlah kalau science ditinjau sebagai salah satu kebulatan system yang
terdiri dari unsureunsur yang berada dalam keadaan berinteraksi. Suatu system adalah
sustu himpunan objek-objek berikut hubungan di antara objek-objek itu dan di
antara sifat-sifatnya, komponen itu tidak terbatas jenisnya dan dapat terdiri
dari objek-objek fisik (misalnya atom-atom) maupun objek-objek abstrak
(misalnya prosesproses). Sifat-sifat adalah semata-mata ciri-ciri dari objek,
sedang hubungan-hubungan menunjuk pada sesuatu yang “mengikat system
seluruhnya”.
Struktur Ilmu
Ilmu
dalam pengertiannya sebagai pengetahuan merupakan suatu system pengetahuan
sebagai dasar teoretis untuk tindakan praktis (Ginzburg)atau suatu system
penjelasan mengenai saling hubungan di antara peristiwa-peristiwa yang terjadi
(Nagel). Dengan demikian, ilmu sebagai sekumpulan pengetahuan sistematik terdiri
dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau dikoordinasikan agar dapat
menjadi dasar teoretis atau memberikan penjelasan termaksud. Saling kaitan
antara segenap komponen itu merupakan struktur dari pengetahuan ilmiah.
Sistem
pengetahuan ilmiah mencakup lima kelompok unsure yaitu:
·
Jenis-jenis sasaran
·
Bentuk-bentuk Pernyataan
·
Ragam-ragam proposisi
·
Ciri-ciri pokok
·
Pembagian sistematis
Setiap
cabang ilmu khusus mempunyai obyek sebenarnya (proper object) yang dapat
dibedakan menjadi obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah fenomena
di dunia ini yang di telaah oleh ilmu, sedang obyek formal adalah pusat
perhatian dalam penelaahan ilmuwan terhadap fenomena itu. Bebagai keterangan
mengenai obyek sebenarnya itu dituangkan dalam pernyataan-pernyataan,
petunjukpetunjuk atau ketentuan-ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung
atau sebaiknya dilakukan dalam hubungannya dengan obyek sederhana itu.
Memaparkan pola-pola dalam sekumpulan sifat, ciri, kecenderungan, atau proses
lainnya dari fenomenon yang ditelaah. Dapat dibedakan menjadi tiga ragam yaitu
sebagai asas, kaidah, dan teori.
1. Asas
ilmiah: suatu asas atau prinsip adalah sebuah proposisi yang mengandung
kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati.
2. Kaidah
ilmiah: suatu kaidah atau hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah
proposisi yang mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang dapat diperiksa
kebenarannya diantara fenomena.
3. Teori
ilmiah: suatu teori dalam scientific knowledge adalah sekumpulan
proposisi yang saling berkaitan
secara
logis untuk memberi penjelasan mengenai sejumlah fenomena. Selanjutnya Lachman
menyatakan bahwa teori mempunyai peranan atau kegunaan yang berikut:
·
Membantu mensistematiskan dan menyusun data maupun pemikiran
tentang data sehingga tercapai pertalian yang logis diantara aneka data itu
yang semula kacau balau. Jadi, teori berfungsi sebagai kerangka pedoman, bagan
sistematisasi, atau system acuan
·
Memberikan suatu skema atau rencana sementara mengenai medan yang
semula belum dipetakan sehingga terdapat suatu orientasi
·
Menunjukan atau menyarankan arah-arah untuk penyelidikan lebih
lanjut.
Oleh
karena kaidah ilmiah merupakan pernyataan yang bersifat prediktif dan teori
ilmiah juga barupa proposisi yang meramalkam fenomena kadang-kadang timbul
kekaburan dalam perbedaan antara kedua hal itu. Ciri sistematis harus dilengkapi
dengan ciri-ciri pokok selanjutnya, yaitu keumuman (generality),
rasionalitas, obyektivitas, kemampuan diperiksa kebenarannya (verifiability),
dan kemampuan menjadi milik umum (communality). Ciri generality menunjuk
pada kualitas pengetahuan ilmiah untuk merangkum fenomena yang senantiasa makin
luas dengan penentuan konsepkonsep yang paling umum dalam pembahasan
sasarannya.
Ciri
rasionalitas berarti bahwa ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber pada
pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika (Barber). Ciri
verifiabilitas berarti bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat diperiksa
kebenarannya, diselidiki kembali atau diuji ulang oleh setiap anggota lainnya
dari masyarakat ilmuan. Kalau ciri objectivity menekankan ilmu sebagai
interpersonal knowledge (pengetahuan yang bersifat antarperseorangan), maka
ciri pokok komunalitas sebagaimana dibahas dalam literature belakangan ini menitikberatkan
ilmu sebagai public knowledge (pengetahuan yang menjadi milik umum).
Penggolongan
pengetahuan Ilmiah
Pertumbuhan
dan kemajuan ilmu modern sejak Revolusi Keilmuan dalam abad XVII sampai
sekarang yang begitu luas dan mendalam telah melahirkan demikian banyak cabang
ilmu khusus. Dari bidang pengetahuan ilmiah baru muncul, selanjutnya mekar, dan
akhirnya berdiri sendiri sebarisan dengan yang lain-lainnya. Bidangbidang pengetahuan
yang terdahulu juga tetap tegak dan terus tumbuh tanpa menjadi tumbang atau
layu dengan munculnya cabang-cabang ilmu baru. Dengan demikian, kumpulan
pengetahuan ilmiah senantiasa berkembang biak dalam keluasan maupun isi
substantifnyasehingga menimbulkan masalah-masalah yang menyangkut penggolongan,
pembagian, perincian, pembedaan, kedudukan, dan hubungan satu sama lain di antara
bidang-bidang pengetahuan ilmiah.
Pemunculan
suatu cabang ilmu baru terjadi karena beberapa faktor. Bert Hoselitz menyebut
adanya tiga hal sebagai berikut. Pembentukan suatu disiplin khusus yang baru
dalam bidang ilmu mana punberkaitan dengan tiga syarat. Yang pertama ialah
eksistensi dan pengenalan seperangkat problem-problem baru yang menarik perhatian
beberapa penyelidik. Yang kedua ialah pengumpulan sejumlah cukup data yang akan
memungkinkan penggerapan generalisasi-generalisasi yang cukup luas lingkupnya
untuk menunjukan ciri-ciri umum problem-problem yang sedang di selidiki. Syarat
yang ketiga ialah pencapaian pengakuan resmi atau institusional terhadap
disiplin baru itu. Syarat pertama dan kedua berkaitan dengan kerja intelektual
yang ditunaikan dalam penggarapan dan pembentukan disiplin secara bebas, syarat
yang ketiga dengan penjaminan kelangsungan tetapnya sebagai suatu cabang studi
dan penelitian yang bebas.
Dengan
berkembang biaknya demikian banyak cabang ilmu khusus, timbullah masalah pokok
tentang penggolongan ilmu-ilmu itu atau pembagianna. Klasifikasi ilmu merupakan
pengaturan yang sistematik untuk menegaskn definisi sesuatu cabang ilmu,
menentukan batas-batasnya dan menjelaskan saling hubunganya dengan cabang-cabang
yang lain. Oleh karena yang diatur secara sistematik itu kadang-kadang segenap
pengetahuan teratur (organized knowledge), klasifikasi itu disebut juga
organisasi pengetahuan (organization of knowledge). Pembagian ilmu-ilmu
dewasa ini menimbulkan perincian yang dinamakan scientific discipline dan
specialty dalam masyarakat ilmuan. Menurut Warren Hagstrom
disiplin-disiplin dalam ilmu modern sekarang biasanya besar dan heterogen yang
satuan-satuan organisasi formalnya ialah depertemen-depertemen pada universitas
dan perhimpunan-perhimpunana keilmuan. Oleh karena itu, sesuatu scientific
discipline terbagi dalam sejumlah specialty yang sebagai kesatuan masing-masing
mencakup ilmuan-ilmuan yang melakukan penelitian dalam keahlian yang sama.
Contoh-contoh disiplin ilmiah ialah misalnya fisika, kimia, dan geologi, sedang
beberapa specialty di dalam lingkupannya ialah acoustics, nuclear
physics, dan optics untuk menyebut beberapa buah saja.
Terlepas
dari kesatuan metode dan tidak adanya perbedaan esensial diantara segenap
cabang ilmu, penggolongan atau pembagian ilmu merupakan hal yang penting.
Karena tanpa pembagian dalam satu-satuan tidak mungkin dilakukan sistematisasi
dan ditujukan saling hubungannya. Dengan demikian, pembahasan selanjutnya akan
memaparkan penggolongan ilmu yang dikenal dalam literature. Sebuah kategori
penggolongan ilmu yang banyak dikemukakan para ahli ialah pembedaan segenap
pengetahuan ilmiah dalam dua kelas yang istilahnya saling berlawanan.
Penggolongan ini tampak sederhana sehinga mudah dipahami, tetapi pada umumnya tidak
merinci berbagai cabang ilmu. Hanya biasanya diberikan contoh-contoh ilmu apa
yang temasuk dalam masing-masing kelas.
Suatu
pembagian ilmu yang sistematis akan tercapai apabila dapat dibedakan
pembidangan yang tidak simpang siur, hubungan-hubungan diantara bagian-bagian
yang cukup jelas, dilakukan konsp-konsep yang tegas. Pembagian sistematis yang
akan kami kemukakan ini berpegang pada konsep-konsep yang berikut:
1.Pengertian
yang akan dipakai ialah pembagian ilmu (division of science). Ini berarti
proses itu arahnya ke bawah yang tidak tampak batas pemberhentiannya. Pembagian
ilmu akan tetap berlangsungselama
pengetahuan ilmiah masih terus tumbuh dan mekar.
2.Pengertian
ilmu akan dipahami dalam konotasinya sebagai pengetahuan ilmiah dan denotasinya
sebagai ilmu seumumnya.
3.Ilmu
semuanya terdiri dari semua cabang ilmu khusus yang sebagai pangkal
permulaannya digolongkan menjadi dua kelompok yang disebut ragam ilmu dan jenis
ilmu.
Menurut
pemahaman kami, kejelasan akan lebih tercapai dan kesimpangsiuran bisa
terhindar bilamana dibedakan secara tegas pembagian pengetahuan ilmiah
berdasarkan:
1. Ragam
pengetahuan
2. Jenis
pengetahuan
Pembagian
ilmu menurut ragamnya mengacu pada salah satu sifat atributif yang dipilih
sebagai ukuran. Pembagian ini hanya menunjukan sebuah ciri tertentu dari
sekumpulan pengetahuan ilmiah. Pada dasarnya pembagian berdasarkan ragam ilmu
tidak memerinci berbagai cabang ilmu. Orang tidak dapat seketika memperoleh gambaran
jelas tentang apa yang ditelaah maupun ruang lingkup masing-masing ragam ilmu
yang ditetapkan.
Sifat
atributif yang akan dipakai sebagai dasar untuk melakukan pembagian dalam
ragam-ragam ilmu ialah sifat dasar manusia yang berhasrat mengetahui dan ingin
berbuat (to know dan to do). Kehidupan manusia pada dasarnya brpangkal
pada sifat dasar tersebut dan pengetahuan teoretis akan memuaskan hasrat mengetahui,
sedang pengetahuan praktis dapat memenuhi keinginan berbuat. Dengan demikian,
dalam konsepsi kami ilmu akan dibedakan pertama-tama dalam dua ragam:
1.
Ilmu teoritis (theoretical science)
2.
Ilmu praktis (practical science)
Pembedaan
antara pengetahuan teoretis dan pengetahuan praktis sudah dikenal sejak zaman
Yunani Kuno. Misalnya filsuf Aristoteles membagi kumpulan pengetahuan rasional
menjadi tiga kelompok: pengetahuan teoretis (misalnya fisika), pengetahuan
praktis (misalnya etika), dan pengetahuan produktif (misalnya retorika). Pembagian
selanjutnya sebagai pelengkap pembagian menurut ragam ialah pembagian ilmu
menurut jenisnya. Ini merupakan suatu pembagian ilmu yang memakai isi
substansif itu dicerminkan oleh pokok soal atau objek material dari pengetahuan
yang bersangkutan. Oleh karena ditunjukan dan diketahui obyek material yang
ditelaah menjadi pengetahuan itu, maka dalam pembagian jenis ilmu biasanya
orang dapat serta merta mengetahui hal apa saja yang menjadi sasaran
jenis-jenis ilmu yang dikemukakan, walaupun mungkin hanya dalam garis besarnya
saja.
cabang
ilmu telah dikemukakan enam jenis obyek material pengetahuan ilmiah: yaitu:
1.
Idea abstrak
2.
Benda fisik
3.
Jasad hidup
4.
Gejala rohani
5.
Peristiwa social
6.
Proses tanda.
Berdasarkan
enam jenis pokok soal itu dan kemungkinan pergabungan dua fenomena ataupun
penyatuan dua pusat minat dalam menelaah sebuah fenomenon, kami membagi ilmu
menjadi tujuh jenis yang berikut:
1. Ilmu-ilmu
matematis
2. Ilmu-ilmu
fisis
3. Ilmu-ilmu
biologis
4. Ilmu-ilmu
psikologis
5. Ilmu-ilmu
social
6. Ilmu-ilmu
linguistic
7. Ilmu-ilmu
interdisipliner
Demikian
suatu pembagian ilmu yang komprehensif hendaknya mencakup pembedaan dan
perincian seluruh pengetahuan ilmiah (bukan segenap pengetahuan teratur) dalam
ragamnya dan jenisnya.
Hierarki
Ilmu
Akhirnya
ciri penting yang membedakan pembagian ilmu menurut ragam dengan menurut jenis pengetahuan
ialah bahwa yang terdahulu merupakan suatu skema yang tertutup. Ini artinya
pembagian dalam ragam ilmu teoretis dan ilmu praktis telah selesai dan tidak
dapat ditambah lagi. Sebalikny pembagian dalam tujuh jenis ilmu itu masih
terbuka kemungkinannya untuk memperoleh tambahan dimasa mendatang sesuai dengan
perkembangan ilmu. Misalnya bila dimasa depan ternyata dapat terhimpun
pengetahuan ilmiah mengenai fenomena diangkasa luar yang berlainan dengan yang
dikenal di planit bumi ini, maka sebuah jenis ilmu baru (katakanlah ilmu
galatika) perlu ditambahkan pada pembagian diatas. Tampaknya akal budi manusia
tidak mungkin berhenti berpikir, hasrat mengetahui ilmuan tidak dapat padam,
dan keinginan berbuat seseorang tidak bisa dihapuskan. Ini berarti
perkembangbiakan pengetahuan ilmiah akan berjalan terus dan pembagian ilmu yang
sistematis perlu dari waktu ke waktu diperbaharui.
+ komentar + 1 komentar
TQ
Posting Komentar