Headlines News :
Home » » DIMENSI ILMU

DIMENSI ILMU

Written By Unknown on Jumat, 13 Juli 2012 | 11.58




DIMENSI ILMU

Dalam literature terdapat pendapat pendapat berbagai ahli yang menyatakan misalnya bahwa ilmu adalah suatu pranata kemasyarakatan (social institution), suatu kekuatan kebudayaan (cultural force), atau sebuah permainan (game). Pernyataan-pernyataan semacam ini bukanlah pengertian atau definisi ilmu, melainkan lebih tepat menunjukan dimensi ilmu. Perkataan Inggris dimension dapat berarti sifat perluasan (quality of extension), hal pentingnya (importance), dan watak yang cocok (character proper). Pengertian ilmu yang sesungguhnya tetaplah sebagai penelitian, metode, dan pengetahuan, apabila ilmu dibahas dari sudut salah satu dimensinya, maka ini merupakan suatu analisis dari sudut tinjauan khusus yang bercorak eksternal. Melengkapi dimensi-dimensi ilmu yang berdasarkan hampiran cabang-cabang ilmu khusus itu, ada dua dimensi yang bersifat reflektif, abstrak, dan formal sejalan dengan dua bidang pengetahuan yang bercorak demikian itu. Ini ialah dimensi filsafati dan dimensi logis dari ilmu. Dari sudut tinjauan filsafat maka ilmu dapat dipandang misalnya sebagai pandangan dunia (world view) atau nilai manusiawi (human value). Tinjauan dari sudut logika dapat membahas internal consistency pada proposisi-proposisi ilmu atau menekankan hampiran formal. Bilamana memang realitas di dunia ini mengandung banyak sekali kebulatan yang teratur, maka wajarlah kalau science ditinjau sebagai salah satu kebulatan system yang terdiri dari unsureunsur yang berada dalam keadaan berinteraksi. Suatu system adalah sustu himpunan objek-objek berikut hubungan di antara objek-objek itu dan di antara sifat-sifatnya, komponen itu tidak terbatas jenisnya dan dapat terdiri dari objek-objek fisik (misalnya atom-atom) maupun objek-objek abstrak (misalnya prosesproses). Sifat-sifat adalah semata-mata ciri-ciri dari objek, sedang hubungan-hubungan menunjuk pada sesuatu yang “mengikat system seluruhnya”.

Struktur Ilmu
Ilmu dalam pengertiannya sebagai pengetahuan merupakan suatu system pengetahuan sebagai dasar teoretis untuk tindakan praktis (Ginzburg)atau suatu system penjelasan mengenai saling hubungan di antara peristiwa-peristiwa yang terjadi (Nagel). Dengan demikian, ilmu sebagai sekumpulan pengetahuan sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoretis atau memberikan penjelasan termaksud. Saling kaitan antara segenap komponen itu merupakan struktur dari pengetahuan ilmiah.

Sistem pengetahuan ilmiah mencakup lima kelompok unsure yaitu:
· Jenis-jenis sasaran
· Bentuk-bentuk Pernyataan
· Ragam-ragam proposisi
· Ciri-ciri pokok
· Pembagian sistematis

Setiap cabang ilmu khusus mempunyai obyek sebenarnya (proper object) yang dapat dibedakan menjadi obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah fenomena di dunia ini yang di telaah oleh ilmu, sedang obyek formal adalah pusat perhatian dalam penelaahan ilmuwan terhadap fenomena itu. Bebagai keterangan mengenai obyek sebenarnya itu dituangkan dalam pernyataan-pernyataan, petunjukpetunjuk atau ketentuan-ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau sebaiknya dilakukan dalam hubungannya dengan obyek sederhana itu. Memaparkan pola-pola dalam sekumpulan sifat, ciri, kecenderungan, atau proses lainnya dari fenomenon yang ditelaah. Dapat dibedakan menjadi tiga ragam yaitu sebagai asas, kaidah, dan teori.
1.      Asas ilmiah: suatu asas atau prinsip adalah sebuah proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati.
2.      Kaidah ilmiah: suatu kaidah atau hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang dapat diperiksa kebenarannya diantara fenomena.
3.      Teori ilmiah: suatu teori dalam scientific knowledge adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan

secara logis untuk memberi penjelasan mengenai sejumlah fenomena. Selanjutnya Lachman menyatakan bahwa teori mempunyai peranan atau kegunaan yang berikut:
·         Membantu mensistematiskan dan menyusun data maupun pemikiran tentang data sehingga tercapai pertalian yang logis diantara aneka data itu yang semula kacau balau. Jadi, teori berfungsi sebagai kerangka pedoman, bagan sistematisasi, atau system acuan
·         Memberikan suatu skema atau rencana sementara mengenai medan yang semula belum dipetakan sehingga terdapat suatu orientasi
·         Menunjukan atau menyarankan arah-arah untuk penyelidikan lebih lanjut.

Oleh karena kaidah ilmiah merupakan pernyataan yang bersifat prediktif dan teori ilmiah juga barupa proposisi yang meramalkam fenomena kadang-kadang timbul kekaburan dalam perbedaan antara kedua hal itu. Ciri sistematis harus dilengkapi dengan ciri-ciri pokok selanjutnya, yaitu keumuman (generality), rasionalitas, obyektivitas, kemampuan diperiksa kebenarannya (verifiability), dan kemampuan menjadi milik umum (communality). Ciri generality menunjuk pada kualitas pengetahuan ilmiah untuk merangkum fenomena yang senantiasa makin luas dengan penentuan konsepkonsep yang paling umum dalam pembahasan sasarannya.

Ciri rasionalitas berarti bahwa ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika (Barber). Ciri verifiabilitas berarti bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diselidiki kembali atau diuji ulang oleh setiap anggota lainnya dari masyarakat ilmuan. Kalau ciri objectivity menekankan ilmu sebagai interpersonal knowledge (pengetahuan yang bersifat antarperseorangan), maka ciri pokok komunalitas sebagaimana dibahas dalam literature belakangan ini menitikberatkan ilmu sebagai public knowledge (pengetahuan yang menjadi milik umum).

Penggolongan pengetahuan Ilmiah
Pertumbuhan dan kemajuan ilmu modern sejak Revolusi Keilmuan dalam abad XVII sampai sekarang yang begitu luas dan mendalam telah melahirkan demikian banyak cabang ilmu khusus. Dari bidang pengetahuan ilmiah baru muncul, selanjutnya mekar, dan akhirnya berdiri sendiri sebarisan dengan yang lain-lainnya. Bidangbidang pengetahuan yang terdahulu juga tetap tegak dan terus tumbuh tanpa menjadi tumbang atau layu dengan munculnya cabang-cabang ilmu baru. Dengan demikian, kumpulan pengetahuan ilmiah senantiasa berkembang biak dalam keluasan maupun isi substantifnyasehingga menimbulkan masalah-masalah yang menyangkut penggolongan, pembagian, perincian, pembedaan, kedudukan, dan hubungan satu sama lain di antara bidang-bidang pengetahuan ilmiah.

Pemunculan suatu cabang ilmu baru terjadi karena beberapa faktor. Bert Hoselitz menyebut adanya tiga hal sebagai berikut. Pembentukan suatu disiplin khusus yang baru dalam bidang ilmu mana punberkaitan dengan tiga syarat. Yang pertama ialah eksistensi dan pengenalan seperangkat problem-problem baru yang menarik perhatian beberapa penyelidik. Yang kedua ialah pengumpulan sejumlah cukup data yang akan memungkinkan penggerapan generalisasi-generalisasi yang cukup luas lingkupnya untuk menunjukan ciri-ciri umum problem-problem yang sedang di selidiki. Syarat yang ketiga ialah pencapaian pengakuan resmi atau institusional terhadap disiplin baru itu. Syarat pertama dan kedua berkaitan dengan kerja intelektual yang ditunaikan dalam penggarapan dan pembentukan disiplin secara bebas, syarat yang ketiga dengan penjaminan kelangsungan tetapnya sebagai suatu cabang studi dan penelitian yang bebas.

Dengan berkembang biaknya demikian banyak cabang ilmu khusus, timbullah masalah pokok tentang penggolongan ilmu-ilmu itu atau pembagianna. Klasifikasi ilmu merupakan pengaturan yang sistematik untuk menegaskn definisi sesuatu cabang ilmu, menentukan batas-batasnya dan menjelaskan saling hubunganya dengan cabang-cabang yang lain. Oleh karena yang diatur secara sistematik itu kadang-kadang segenap pengetahuan teratur (organized knowledge), klasifikasi itu disebut juga organisasi pengetahuan (organization of knowledge). Pembagian ilmu-ilmu dewasa ini menimbulkan perincian yang dinamakan scientific discipline dan specialty dalam masyarakat ilmuan. Menurut Warren Hagstrom disiplin-disiplin dalam ilmu modern sekarang biasanya besar dan heterogen yang satuan-satuan organisasi formalnya ialah depertemen-depertemen pada universitas dan perhimpunan-perhimpunana keilmuan. Oleh karena itu, sesuatu scientific discipline terbagi dalam sejumlah specialty yang sebagai kesatuan masing-masing mencakup ilmuan-ilmuan yang melakukan penelitian dalam keahlian yang sama. Contoh-contoh disiplin ilmiah ialah misalnya fisika, kimia, dan geologi, sedang beberapa specialty di dalam lingkupannya ialah acoustics, nuclear physics, dan optics untuk menyebut beberapa buah saja.

Terlepas dari kesatuan metode dan tidak adanya perbedaan esensial diantara segenap cabang ilmu, penggolongan atau pembagian ilmu merupakan hal yang penting. Karena tanpa pembagian dalam satu-satuan tidak mungkin dilakukan sistematisasi dan ditujukan saling hubungannya. Dengan demikian, pembahasan selanjutnya akan memaparkan penggolongan ilmu yang dikenal dalam literature. Sebuah kategori penggolongan ilmu yang banyak dikemukakan para ahli ialah pembedaan segenap pengetahuan ilmiah dalam dua kelas yang istilahnya saling berlawanan. Penggolongan ini tampak sederhana sehinga mudah dipahami, tetapi pada umumnya tidak merinci berbagai cabang ilmu. Hanya biasanya diberikan contoh-contoh ilmu apa yang temasuk dalam masing-masing kelas.

Suatu pembagian ilmu yang sistematis akan tercapai apabila dapat dibedakan pembidangan yang tidak simpang siur, hubungan-hubungan diantara bagian-bagian yang cukup jelas, dilakukan konsp-konsep yang tegas. Pembagian sistematis yang akan kami kemukakan ini berpegang pada konsep-konsep yang berikut:
1.Pengertian yang akan dipakai ialah pembagian ilmu (division of science). Ini berarti proses itu arahnya ke bawah yang tidak tampak batas pemberhentiannya. Pembagian ilmu akan tetap  berlangsungselama pengetahuan ilmiah masih terus tumbuh dan mekar.
2.Pengertian ilmu akan dipahami dalam konotasinya sebagai pengetahuan ilmiah dan denotasinya sebagai ilmu seumumnya.
3.Ilmu semuanya terdiri dari semua cabang ilmu khusus yang sebagai pangkal permulaannya digolongkan menjadi dua kelompok yang disebut ragam ilmu dan jenis ilmu.

Menurut pemahaman kami, kejelasan akan lebih tercapai dan kesimpangsiuran bisa terhindar bilamana dibedakan secara tegas pembagian pengetahuan ilmiah berdasarkan:
1.      Ragam pengetahuan
2.      Jenis pengetahuan

Pembagian ilmu menurut ragamnya mengacu pada salah satu sifat atributif yang dipilih sebagai ukuran. Pembagian ini hanya menunjukan sebuah ciri tertentu dari sekumpulan pengetahuan ilmiah. Pada dasarnya pembagian berdasarkan ragam ilmu tidak memerinci berbagai cabang ilmu. Orang tidak dapat seketika memperoleh gambaran jelas tentang apa yang ditelaah maupun ruang lingkup masing-masing ragam ilmu yang ditetapkan.

Sifat atributif yang akan dipakai sebagai dasar untuk melakukan pembagian dalam ragam-ragam ilmu ialah sifat dasar manusia yang berhasrat mengetahui dan ingin berbuat (to know dan to do). Kehidupan manusia pada dasarnya brpangkal pada sifat dasar tersebut dan pengetahuan teoretis akan memuaskan hasrat mengetahui, sedang pengetahuan praktis dapat memenuhi keinginan berbuat. Dengan demikian, dalam konsepsi kami ilmu akan dibedakan pertama-tama dalam dua ragam:
1. Ilmu teoritis (theoretical science)
2. Ilmu praktis (practical science)

Pembedaan antara pengetahuan teoretis dan pengetahuan praktis sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Misalnya filsuf Aristoteles membagi kumpulan pengetahuan rasional menjadi tiga kelompok: pengetahuan teoretis (misalnya fisika), pengetahuan praktis (misalnya etika), dan pengetahuan produktif (misalnya retorika). Pembagian selanjutnya sebagai pelengkap pembagian menurut ragam ialah pembagian ilmu menurut jenisnya. Ini merupakan suatu pembagian ilmu yang memakai isi substansif itu dicerminkan oleh pokok soal atau objek material dari pengetahuan yang bersangkutan. Oleh karena ditunjukan dan diketahui obyek material yang ditelaah menjadi pengetahuan itu, maka dalam pembagian jenis ilmu biasanya orang dapat serta merta mengetahui hal apa saja yang menjadi sasaran jenis-jenis ilmu yang dikemukakan, walaupun mungkin hanya dalam garis besarnya saja.

cabang ilmu telah dikemukakan enam jenis obyek material pengetahuan ilmiah: yaitu:
1. Idea abstrak
2. Benda fisik
3. Jasad hidup
4. Gejala rohani
5. Peristiwa social
6. Proses tanda.


Berdasarkan enam jenis pokok soal itu dan kemungkinan pergabungan dua fenomena ataupun penyatuan dua pusat minat dalam menelaah sebuah fenomenon, kami membagi ilmu menjadi tujuh jenis yang berikut:
1.      Ilmu-ilmu matematis
2.      Ilmu-ilmu fisis
3.      Ilmu-ilmu biologis
4.      Ilmu-ilmu psikologis
5.      Ilmu-ilmu social
6.      Ilmu-ilmu linguistic
7.      Ilmu-ilmu interdisipliner

Demikian suatu pembagian ilmu yang komprehensif hendaknya mencakup pembedaan dan perincian seluruh pengetahuan ilmiah (bukan segenap pengetahuan teratur) dalam ragamnya dan jenisnya.

Hierarki Ilmu
Akhirnya ciri penting yang membedakan pembagian ilmu menurut ragam dengan menurut jenis pengetahuan ialah bahwa yang terdahulu merupakan suatu skema yang tertutup. Ini artinya pembagian dalam ragam ilmu teoretis dan ilmu praktis telah selesai dan tidak dapat ditambah lagi. Sebalikny pembagian dalam tujuh jenis ilmu itu masih terbuka kemungkinannya untuk memperoleh tambahan dimasa mendatang sesuai dengan perkembangan ilmu. Misalnya bila dimasa depan ternyata dapat terhimpun pengetahuan ilmiah mengenai fenomena diangkasa luar yang berlainan dengan yang dikenal di planit bumi ini, maka sebuah jenis ilmu baru (katakanlah ilmu galatika) perlu ditambahkan pada pembagian diatas. Tampaknya akal budi manusia tidak mungkin berhenti berpikir, hasrat mengetahui ilmuan tidak dapat padam, dan keinginan berbuat seseorang tidak bisa dihapuskan. Ini berarti perkembangbiakan pengetahuan ilmiah akan berjalan terus dan pembagian ilmu yang sistematis perlu dari waktu ke waktu diperbaharui.


Share this post :

+ komentar + 1 komentar

24 Oktober 2017 pukul 12.28

TQ

Posting Komentar

 
Support : twitter@wajoterkini | facebook WAJOTERKINI.com | PinBB: 2A9F133B | Google@wajoterkini
Copyright © 2011. Kawali News - All Rights Reserved
Template Created by Published by Bakri Grafika
Proudly powered by wajoterkini