PROBLEM – PROBLEM DALAM FILSAFAT ILMU
Filsafat
sebagai suatu ilmu khusus merupakan salah satu cabang dari ruang lingkup
filsafat ilmu seumumnya. Pada kelanjutannya filsafat ilmu merupakan suatu
bagian dari filsafat. Dengan demikian, pembahasan mengenai lingkupan filsafat
sesuatu ilmu khusus tidak terlepas dari kaitan dengan persoalan-persoalan dan
filsafat ilmu dan problem-problem filsafat pada umumnya. Filsuf terkemuka
Clarence Irving Lewis juga mengemukakan adanya dua gugus persoalan yakni,
problem-problem reflektif dalam suatu ilmu khusus yang dapat dikatakan membentuk
filsafat dari ilmu tersebut dan problem-problem mengenai asas permulaan dan
ukuran-ukuran yang berlaku umum bagi semua ilmu maupun aktivitas kehidupan
seumumnya.
Problem
menurut defenisi A. Cornelius Benjamin ialah “ Sesuatu situasi praktis atau
teoritis yang untuk itu tidak ada jawaban lazim atau otomatis yang memadai, dan
yang oleh sebab itu memerlukan proses-proses refleksi.”
Banyak
sekali pendapat para filsuf ilmu mengenai kelompok atau perincian problem apa
saja yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Untuk medapat gambaran yang
lebih jelas perlulah kiranya dikutipkan pendapat-pendapat berikut:
1.
A. Cornelius Benjamin
Filsuf ini menggolong-golongkan segenap persoalan filsafat ilmu dalam
tiga bidang:
a. Bidang
pertama meliputi semua persoalan yang bertalian secara langsung atau tidak
langsung dengan suatu pertimbangan mengenai metode ilmu
b. Persoalan-persoalan
dalam bidang kesdua dalam filsafat ilmu agak kurang terumuskan baik dari problem-problem
tentang metode. Dalam suatu makna, banyak darinya merupakan pula
persoalanpersoalan metode. Tetapi, penunjukannya secara langsung lebih kepada
pokok soal daripada kepada prosedur sehingga persoalan-persoalan itu menyangkut
apa yang umumnya disebut pertimbanganpertimbangan metafisis dalam suatu cara
bidang terdahulu tidak menyangkutnya. Ini bertalian dengan analisis terhadap
konsep-konsep dasar dan praanggapan-praanggapan dari ilmu-ilmu
c. Bidang
ketiga dari filsafat ilmu, terdiri dari aneka ragam kelompok persoalan yang
tidak mudah terpengaruh oleh suatu penggolongan sistematis. Kesemua itu dapat
secara kasar dilukiskan sebagaimana bersangkut paut dengan implikasi-implikasi
yang dipunyai ilmu dalam isi maupun metodenya bagi aspekaspek lain dari kehidupan
kita.
2.
Michael Berry
Penulis ini mengemukakan dua problem yang berikut:
a.
Bagaimanakah kuantitas dari rumusan dalam teori-teori ilmiah
(misalnya suatu ciri dalam genetika atau momentum dalam mekanika Newton)
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dalam dunia alamiah diluar pikiran kita?
b.
Bagaimanakah dapat dikatakan bahwa teori atau dalil ilmiah adalah
‘benar’ berdasarkan induksi dari sejumlah persoalan yang terbatas?
3.
B. Van Fraassen dan H. Margenau
Menurut kedua ahli ini problem-problem utama dalam filsafat ilmu
setelah tahun-tahun enam puluhan ialah:
a.
Metodologi (Hal-hal yang menonjol yang banyak diperbincangkan
adalah mengenai sifat dasar dari penjelasan ilmiah, dan teori pengukuran).
b.
Landasan ilmu-ilmu (ilmu-ilmu empiris hendaknya melakukan penelitian
mengenai landasannya dan mencapai sukses seperti halnya landasan matematik).
c.
Ontologi (Persoalan utama yang diperbincangkan ialah menyangkut
konsep-konsep substansi, proses, waktu, ruang, kausalitas, hubungan budi dan
materi, serta status dari entitas-entitas teoritis).
4.
Davih Hull
Filsuf biologi ini mengemukakan persoalan yang berikut:
Persoalan menyampingkan yang meliputi jilid-jilid belakangan ini
(seri Foundations of Philosophy) ialah apakah pembagian tradisional dari
ilmu-ilmu empiris dalam cabang-cabang pengetahuan yang terpisah seperti
geologi, astronomi dan sosiologi mencerminkan semata-mata perbedaan dalam pokok
soal ataukah hasil dari perbedaan pokok dalam metodologi. Secara singkat,
adakah suatu filsafat ilmu tunggal yang berlaku merata pada semua bidang ilmu
kealaman, atau adakah beberapa filsafat ilmu yang masing-masing cocok dalam
ruang lingkupnya sendiri?
5.
Victor Lenzen
Filsuf ini mengajukan dua problem:
a. Struktur
Ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah;
b. Pentingnya
ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas.
6.
J. J. C. Smart
Filsuf ini mengumpamakan kalau seorang awam bukan filsuf
membuka-buka beberapa nomor dari majalah Amerika serikat berjudul Philosophy
of Science dan majalah Inggris The British Journal of the Philosophy of
science, maka akan dijumpainya dua jenis persoalan:
a. Pertanyaan-pertanyaan
tentang ilmu, misalnya pola-pola perbincangan ilmiah, langkah-langkah pengujian
teori ilmiah, sifat dasar dari dalil dan teori dan cara-cara merumuskan konsep
ilmiah.
b. Perbincangan
filasafati yang mempergunakan ilmu, misalnya bahwa hasil-hasil
penyelidikan ilmiah akan menolong para filsuf menjawab pertanyaan-pertanyaan
tentang manusia dan alam semesta.
7.
Joseph Sneed
Menurut filsuf ini, pembedaan dalam jenis problem-problem filsafat
ilmu khusus (misalnya variable tersembunyi, determinisme dalam mekanika
quantum) dan jenis problem-problem filsafat ilmu seumumnya (misalnya ciri-ciri
teori ilmiah) yang telah umum diterima adalah menyesatkan. Hal itu
dinyatakannya demikian, “Saya menyarankan bahwa dualitas diantara
problem-problem filsafat ilmu ini adalah menyesatkan. Saya berpendapat bahwa
problem-problem filasafati tentang sifat dasar ilmu seumumnya tidaklah, dalam
suatu cara yang mendasar, berbeda dengan problem-problem filasafati yang
bertalian semata-mata dengan ilmu-ilmu khusus. Secara khusus tidaklah ada makna
khusus bahwa filsafat ilmu seumumnya merupakan sustu usaha normative, sedangkan
filsafat ilmu-ilmu khusus tidak.”
8.
Frederick Suppe
Menurut filsuf ini, problem yang paling pokok atau penting dalam
filsafat ilmu adalah sifat dasar atau struktur teori ilmiah. Alasannya ialah
kerena teori merupakan roda dari pengetahuan ilmiah dan terlibat dalam hampir
semua segi usaha ilmiah. Tanpa teori tidak akan ada problem-problem mengenai
entitas teoritis, istilah teoritis, pembuktian kebenaran, dan kepentingan
kognitif. Tanpa teori yang perlu diuji atau diterapkan, rancangan percobaan
tidak ada artinya. Oleh karena itu hanyalah agak sedikit melebih-lebihkan
bilamana dinyatakan bahwa filsafat ilmu adalah suatu analisis mengenai teori
dan peranannya dalam usaha ilmiah.
9.
D.W. Theobald
Menurut filsuf ini, dalam filsafat ilmu terdapat dua kategori
problem yaitu:
a. Problem-problem
Metodologis yang menyangkut struktur pernyataan ilmiah dan hubungan-hubungan diantara
mereka. Misalnya analisis probabilitas, peranan kesederhanaan dalam ilmu,
realitas dari entitas teoritis, dalil ilmiah, sifat dasar penjelasan, dan
hubungan antara penjelasan dan peramalan.
b. Problem-problem
tentang ilmu yang menyelidiki arti dan implikasi dari konsep-konsep yang
dipakai para ilmuwan. Misalnya kausalitas, waktu, ruang, dan alam semesta.
10. W.
H. Walsh
Filsuf sejarah ini menyatakan bahwa filsafat ilmu mencakup problem
yang timbul dari metode dan praanggapan dari ilmu serta sifat dasar dan
persyaratan dari pengetahuan ilmiah.
11. Walter
Weimer
Ahli ini mengemukakan empat problem yang berikut:
a. Pencarian
terhadap suatu teori penyimpulan rasional (ini berkisar pada penyimpulan
induktif, sifat dasarnya dan pembenarannya).
b. Teori
dan ukuran bagi pertumbuhan atau kemajuan ilmiah (Ini berkisar pada pertumbuhan
pengetahuan ilmiah, pencarian dan penjelasannya. Misalnya dalam menilai bahwa
teori Einstein lebih unggul daripada teori sebelumnya, apakah ukurannya?)
c. Pencarian
terhadap suatu teori tindakan Pragmatis (dalam menentukan salah satu teori di
antara teoriteori yang salah, bagaimanakah caranya untuk mengetahui secara
pasti teori yang paling terkecil kesalahannya?)
d. Problem
mengenai kejujuran intelektual (Ini menyangkut usaha mencocokkan prilaku
senyatanya, dari para ilmuwan dengan teori yang mereka anut setia).
12. lPhilip
Wiener
Menurut beliau para filsuf ilmu dewasa ini membahas
problem-problem yang menyangkut :
a. Struktur
logis atai ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu.
b. Saling
hubungan diantara ilmu-ilmu.
c. Hubungan
ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahapan-tahapan lainnya dari peradaban,
yaitu kesusilaan, politik, seni dan agama.
Problem-problem
filsafat seumumnya bilamana digolong-golongkan ternyata berkisar pada enam hal
pokok, yaitu pengetahuan, keberadaan, metode, penyimpulan, moralitas,
dan keindahan.
Berdasarkan
keenam sasaran itu, bidang filsafat dapat secara sistematis dibagi dalam
enam cabang pokok, yaitu epistemologi (teori pengetahuan), metafisika
(teori mengenai apa yang ada), metodologi (studi tentang metode), logika (teori
penyimpulan), etika (ajaran moralitas) dan estetika (teori keindahan). Oleh
karena filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari filsafat seumumnya,
problem-problem dalam filsafat ilmu secara sistematis juga dapat
digolongkan menjadi enam kelompok sesuai dengan cabang-cabang pokok filsafat
itu. Dengan demikian, seluruh problem dalam filsafat ilmu dapat ditertibkan
menjadi :
1. Problem-problem
epitesmologis tentang ilmu
2. Problem-problem
metafisis tentang ilmu
3. Problem-problem
metodologis tentang ilmu
4. Problem-problem
logis tentang ilmu
5. Problem-problem
etis tentang ilmu
6. Problem-problem
estetis tentang ilmu
Problem-problem
epitemologis, metafisis, dan logis yang bertalian dengan ilmu-ilmu mulai
memperoleh perhatian para filsuf dan ilmuwan pada awal abad XIX.28
Problem-problem secara metodologis telah secara tegas disebutkan oleh D. W.
Theobald dimuka sebagai salah satu kategori problem dalam filsafat ilmu.
Problem- problem etis yang menyangkut ilmu juga telah disebutkan dimuka oleh
Walter Weimer (menyangkut kejujuran intelektual para ilmuwan dan oleh Philip
Weiner (menyangkut hubungan ilmu dengan kesusilaan sebagai suatu segi perdaban
manusia). Problem-problem estetis yang menyangkut ilmu pada dasawarsa terakhir
ini dimulai menjadi topik perbincangan oleh sebagian filsuf dan ilmuwan. Dalam
tahun 1980 diadakan sebuah konperensi para ahli yang membahas dimensi estetis
dari ilmu.
Posting Komentar