Headlines News :
Home » » PROBLEM – PROBLEM DALAM FILSAFAT ILMU

PROBLEM – PROBLEM DALAM FILSAFAT ILMU

Written By Unknown on Jumat, 13 Juli 2012 | 12.30


PROBLEM – PROBLEM DALAM FILSAFAT ILMU


Filsafat sebagai suatu ilmu khusus merupakan salah satu cabang dari ruang lingkup filsafat ilmu seumumnya. Pada kelanjutannya filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari filsafat. Dengan demikian, pembahasan mengenai lingkupan filsafat sesuatu ilmu khusus tidak terlepas dari kaitan dengan persoalan-persoalan dan filsafat ilmu dan problem-problem filsafat pada umumnya. Filsuf terkemuka Clarence Irving Lewis juga mengemukakan adanya dua gugus persoalan yakni, problem-problem reflektif dalam suatu ilmu khusus yang dapat dikatakan membentuk filsafat dari ilmu tersebut dan problem-problem mengenai asas permulaan dan ukuran-ukuran yang berlaku umum bagi semua ilmu maupun aktivitas kehidupan seumumnya.

Problem menurut defenisi A. Cornelius Benjamin ialah “ Sesuatu situasi praktis atau teoritis yang untuk itu tidak ada jawaban lazim atau otomatis yang memadai, dan yang oleh sebab itu memerlukan proses-proses refleksi.”

Banyak sekali pendapat para filsuf ilmu mengenai kelompok atau perincian problem apa saja yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Untuk medapat gambaran yang lebih jelas perlulah kiranya dikutipkan pendapat-pendapat berikut:

1.      A. Cornelius Benjamin
Filsuf ini menggolong-golongkan segenap persoalan filsafat ilmu dalam tiga bidang:
a.       Bidang pertama meliputi semua persoalan yang bertalian secara langsung atau tidak langsung dengan suatu pertimbangan mengenai metode ilmu
b.      Persoalan-persoalan dalam bidang kesdua dalam filsafat ilmu agak kurang terumuskan baik dari problem-problem tentang metode. Dalam suatu makna, banyak darinya merupakan pula persoalanpersoalan metode. Tetapi, penunjukannya secara langsung lebih kepada pokok soal daripada kepada prosedur sehingga persoalan-persoalan itu menyangkut apa yang umumnya disebut pertimbanganpertimbangan metafisis dalam suatu cara bidang terdahulu tidak menyangkutnya. Ini bertalian dengan analisis terhadap konsep-konsep dasar dan praanggapan-praanggapan dari ilmu-ilmu
c.       Bidang ketiga dari filsafat ilmu, terdiri dari aneka ragam kelompok persoalan yang tidak mudah terpengaruh oleh suatu penggolongan sistematis. Kesemua itu dapat secara kasar dilukiskan sebagaimana bersangkut paut dengan implikasi-implikasi yang dipunyai ilmu dalam isi maupun metodenya bagi aspekaspek lain dari kehidupan kita.

2.      Michael Berry
Penulis ini mengemukakan dua problem yang berikut:
a.       Bagaimanakah kuantitas dari rumusan dalam teori-teori ilmiah (misalnya suatu ciri dalam genetika atau momentum dalam mekanika Newton) berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dalam dunia alamiah diluar pikiran kita?
b.      Bagaimanakah dapat dikatakan bahwa teori atau dalil ilmiah adalah ‘benar’ berdasarkan induksi dari sejumlah persoalan yang terbatas?

3.      B. Van Fraassen dan H. Margenau
Menurut kedua ahli ini problem-problem utama dalam filsafat ilmu setelah tahun-tahun enam puluhan ialah:
a.       Metodologi (Hal-hal yang menonjol yang banyak diperbincangkan adalah mengenai sifat dasar dari penjelasan ilmiah, dan teori pengukuran).
b.      Landasan ilmu-ilmu (ilmu-ilmu empiris hendaknya melakukan penelitian mengenai landasannya dan mencapai sukses seperti halnya landasan matematik).
c.       Ontologi (Persoalan utama yang diperbincangkan ialah menyangkut konsep-konsep substansi, proses, waktu, ruang, kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas-entitas teoritis).

4.      Davih Hull
Filsuf biologi ini mengemukakan persoalan yang berikut:
Persoalan menyampingkan yang meliputi jilid-jilid belakangan ini (seri Foundations of Philosophy) ialah apakah pembagian tradisional dari ilmu-ilmu empiris dalam cabang-cabang pengetahuan yang terpisah seperti geologi, astronomi dan sosiologi mencerminkan semata-mata perbedaan dalam pokok soal ataukah hasil dari perbedaan pokok dalam metodologi. Secara singkat, adakah suatu filsafat ilmu tunggal yang berlaku merata pada semua bidang ilmu kealaman, atau adakah beberapa filsafat ilmu yang masing-masing cocok dalam ruang lingkupnya sendiri?

5.      Victor Lenzen
Filsuf ini mengajukan dua problem:
a.      Struktur Ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah;
b.      Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas.

6.      J. J. C. Smart
Filsuf ini mengumpamakan kalau seorang awam bukan filsuf membuka-buka beberapa nomor dari majalah Amerika serikat berjudul Philosophy of Science dan majalah Inggris The British Journal of the Philosophy of science, maka akan dijumpainya dua jenis persoalan:
a.       Pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu, misalnya pola-pola perbincangan ilmiah, langkah-langkah pengujian teori ilmiah, sifat dasar dari dalil dan teori dan cara-cara merumuskan konsep ilmiah.
b.      Perbincangan filasafati yang mempergunakan ilmu, misalnya bahwa hasil-hasil penyelidikan ilmiah akan menolong para filsuf menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang manusia dan alam semesta.

7.      Joseph Sneed
Menurut filsuf ini, pembedaan dalam jenis problem-problem filsafat ilmu khusus (misalnya variable tersembunyi, determinisme dalam mekanika quantum) dan jenis problem-problem filsafat ilmu seumumnya (misalnya ciri-ciri teori ilmiah) yang telah umum diterima adalah menyesatkan. Hal itu dinyatakannya demikian, “Saya menyarankan bahwa dualitas diantara problem-problem filsafat ilmu ini adalah menyesatkan. Saya berpendapat bahwa problem-problem filasafati tentang sifat dasar ilmu seumumnya tidaklah, dalam suatu cara yang mendasar, berbeda dengan problem-problem filasafati yang bertalian semata-mata dengan ilmu-ilmu khusus. Secara khusus tidaklah ada makna khusus bahwa filsafat ilmu seumumnya merupakan sustu usaha normative, sedangkan filsafat ilmu-ilmu khusus tidak.”

8.      Frederick Suppe
Menurut filsuf ini, problem yang paling pokok atau penting dalam filsafat ilmu adalah sifat dasar atau struktur teori ilmiah. Alasannya ialah kerena teori merupakan roda dari pengetahuan ilmiah dan terlibat dalam hampir semua segi usaha ilmiah. Tanpa teori tidak akan ada problem-problem mengenai entitas teoritis, istilah teoritis, pembuktian kebenaran, dan kepentingan kognitif. Tanpa teori yang perlu diuji atau diterapkan, rancangan percobaan tidak ada artinya. Oleh karena itu hanyalah agak sedikit melebih-lebihkan bilamana dinyatakan bahwa filsafat ilmu adalah suatu analisis mengenai teori dan peranannya dalam usaha ilmiah.

9.      D.W. Theobald
Menurut filsuf ini, dalam filsafat ilmu terdapat dua kategori problem yaitu:
a.      Problem-problem Metodologis yang menyangkut struktur pernyataan ilmiah dan hubungan-hubungan diantara mereka. Misalnya analisis probabilitas, peranan kesederhanaan dalam ilmu, realitas dari entitas teoritis, dalil ilmiah, sifat dasar penjelasan, dan hubungan antara penjelasan dan peramalan.
b.      Problem-problem tentang ilmu yang menyelidiki arti dan implikasi dari konsep-konsep yang dipakai para ilmuwan. Misalnya kausalitas, waktu, ruang, dan alam semesta.

10.  W. H. Walsh
Filsuf sejarah ini menyatakan bahwa filsafat ilmu mencakup problem yang timbul dari metode dan praanggapan dari ilmu serta sifat dasar dan persyaratan dari pengetahuan ilmiah.

11.  Walter Weimer
Ahli ini mengemukakan empat problem yang berikut:
a.      Pencarian terhadap suatu teori penyimpulan rasional (ini berkisar pada penyimpulan induktif, sifat dasarnya dan pembenarannya).
b.      Teori dan ukuran bagi pertumbuhan atau kemajuan ilmiah (Ini berkisar pada pertumbuhan pengetahuan ilmiah, pencarian dan penjelasannya. Misalnya dalam menilai bahwa teori Einstein lebih unggul daripada teori sebelumnya, apakah ukurannya?)
c.       Pencarian terhadap suatu teori tindakan Pragmatis (dalam menentukan salah satu teori di antara teoriteori yang salah, bagaimanakah caranya untuk mengetahui secara pasti teori yang paling terkecil kesalahannya?)
d.      Problem mengenai kejujuran intelektual (Ini menyangkut usaha mencocokkan prilaku senyatanya, dari para ilmuwan dengan teori yang mereka anut setia).

12.  lPhilip Wiener
Menurut beliau para filsuf ilmu dewasa ini membahas problem-problem yang menyangkut :
a.      Struktur logis atai ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu.
b.      Saling hubungan diantara ilmu-ilmu.
c.       Hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahapan-tahapan lainnya dari peradaban, yaitu kesusilaan, politik, seni dan agama.

Problem-problem filsafat seumumnya bilamana digolong-golongkan ternyata berkisar pada enam hal pokok, yaitu pengetahuan, keberadaan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan.

Berdasarkan keenam sasaran itu, bidang filsafat dapat secara sistematis dibagi dalam enam cabang pokok, yaitu epistemologi (teori pengetahuan), metafisika (teori mengenai apa yang ada), metodologi (studi tentang metode), logika (teori penyimpulan), etika (ajaran moralitas) dan estetika (teori keindahan). Oleh karena filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari filsafat seumumnya, problem-problem dalam filsafat ilmu secara sistematis juga dapat digolongkan menjadi enam kelompok sesuai dengan cabang-cabang pokok filsafat itu. Dengan demikian, seluruh problem dalam filsafat ilmu dapat ditertibkan menjadi :
1.      Problem-problem epitesmologis tentang ilmu
2.      Problem-problem metafisis tentang ilmu
3.      Problem-problem metodologis tentang ilmu
4.      Problem-problem logis tentang ilmu
5.      Problem-problem etis tentang ilmu
6.      Problem-problem estetis tentang ilmu

Problem-problem epitemologis, metafisis, dan logis yang bertalian dengan ilmu-ilmu mulai memperoleh perhatian para filsuf dan ilmuwan pada awal abad XIX.28 Problem-problem secara metodologis telah secara tegas disebutkan oleh D. W. Theobald dimuka sebagai salah satu kategori problem dalam filsafat ilmu. Problem- problem etis yang menyangkut ilmu juga telah disebutkan dimuka oleh Walter Weimer (menyangkut kejujuran intelektual para ilmuwan dan oleh Philip Weiner (menyangkut hubungan ilmu dengan kesusilaan sebagai suatu segi perdaban manusia). Problem-problem estetis yang menyangkut ilmu pada dasawarsa terakhir ini dimulai menjadi topik perbincangan oleh sebagian filsuf dan ilmuwan. Dalam tahun 1980 diadakan sebuah konperensi para ahli yang membahas dimensi estetis dari ilmu.


Share this post :

Posting Komentar

 
Support : twitter@wajoterkini | facebook WAJOTERKINI.com | PinBB: 2A9F133B | Google@wajoterkini
Copyright © 2011. Kawali News - All Rights Reserved
Template Created by Published by Bakri Grafika
Proudly powered by wajoterkini