Headlines News :
Home » » Aristoteles

Aristoteles

Written By Unknown on Selasa, 17 Juli 2012 | 15.02




Aristoteles: Filsuf dan filosofi

Aristoteles lahir di Stagirus, atau Stagira, atau Stageirus, di semenanjung Chalcidic Yunani utara. Ayahnya adalah Nicomachus, seorang dokter, sementara ibunya bernama Phaestis. Nicomachus sudah pasti tinggal di Chalcidice ketika Aristoteles lahir dan dia mungkin lahir di wilayah itu. Ibu Aristoteles, Phaestis, datang dari Chalcis di Euboea dan properti milik keluarga di sana. Wawasan dalam hidupnya dan waktu.




Aristoteles, salah satu mahasiswa Plato terbesar, dilahirkan pada tahun 384 SM. Ayah Aristoteles adalah seorang dokter kepada raja Mecadonia, dan ketika Aristoteles berusia tujuh tahun, ayahnya mengirim dia untuk belajar di Akademi. Dia ada di awal sebagai mahasiswa, kemudian menjadi seorang peneliti dan akhirnya guru. Dia tampak ide-ide Platonis diadopsi dan dikembangkan, sementara di sana dan telah menyatakan mereka dalam bentuk dialog. Ketika Plato meninggal, Plato berkehendak Akademi tidak Aristoteles, tetapi untuk Speusippus keponakannya. Aristoteles kemudian meninggalkan Athena dengan Xenocrates untuk pergi ke Asos, di Asia Kecil, di mana ia membuka cabang Akademi. Akademi ini lebih terfokus pada biologi dari pendahulunya yang bergantung pada matematika.

Di sana ia bertemu Hermias, mantan mahasiswa lain Plato, yang telah menjadi raja Assos. Aristoteles menikah Hermias keponakan, Pythias, yang meninggal sepuluh tahun kemudian. Selama tahun-tahun di Asos, Aristoteles mulai melepaskan diri dari Platonisme dan mengembangkan ide-ide sendiri.

Raja Philip dari Makedonia Aristoteles diundang ke gedung DPR sekitar 343 SM sampai gurunya Alexander tiga belas-telinga-tua don,. Les Alexander di Akademi di Asos, Aristoteles masih tetap presiden dari Akademi. Pada tahun 359 SM, ayah Alexander, Raja Philip memutuskan untuk berangkat untuk menaklukkan kota Yunani-negara, dan meninggalkan Alexander yang bertanggung jawab, sehingga menghentikan les Aristoteles Alexander.

Raja Philip kemudian dibunuh, pada 336 SM, dan Alexander kemudian menjadi raja. Dia mengerahkan pasukan besar ayahnya dan terjaganya beberapa negara-kota, sehingga menjadi "Alexander The Great".

Pada tahun 335 SM, Aristoteles kembali ke Athena. Speusippus telah meninggal, tetapi Aristoteles kembali tidak diberikan presiden Akademi di Athena, sebagai gantinya, itu diberikan kepada salah satu Xenocrates rekannya. Jadi, Aristoteles mendirikan sekolah sendiri saat ini, bernama Lyceum, dinamai Apollo Lyceus. Pada tahun 323 SM, dua belas tahun setelah mendirikan Lyceum, Alexander Agung meninggal. Dalam kebencian Yunani melawan hegemoni Makedonia mendidih dan kerusuhan pecah. Aristoteles dituduh dari tindakan tidak hormat, dan hidupnya menjadi dalam bahaya serius. Jadi ia meninggalkan Athena, dan pergi ke real mendiang ibunya di Chalcis di pulau Euboea. Ia meninggal di sana pada tahun berikutnya, 322 SM.
Aristoteles
Filsuf yang menjadi murid Plato selama 20 tahun ini dilahirkan di Stagira, suatu tempat di daerah Thracia, pada tahun 384 SM. Ia memiliki ayah yang berprofesi sebagai seorang dokter bernama Nicomachus dan ibunya bernama Phaestis (Inet, 1a). Aristoteles pernah dipanggil oleh Philippus II seorang raja Macedonia, untuk mendidik anaknya yaitu Iskandar atau yang biasa di negara barat disebut Alexander The Great. Pada tahun 323 SM, Iskandar wafat dan timbullah kerusuhan. Kejadian ini pun membuat Aristoteles tunggang langgang melarikan diri ke Khalkes, lalu setahun kemudian Aristoteles meninggal dunia (Delfgauuw, 29:1992).
Filsafat Aristoteles meliputi logika, metafisika dan fisika, teologi, tentang jiwa dan raga, dan pengenalan pengetahuan. Ini disimpulkan dari berbagai tulisannya selama hidup. Ada pun yang berupa kutipan perkataannya dan ditulis kembali oleh para muridnya.
Logika
Pembicaraan tentang logika biasanya bisa terkait dengan pertanyaan “logiskah orang bisa bernapas di luar angkasa?” Atau juga terkait dengan pernyataan ilmiah yang sifatnya kualitatif “dua dikalikan tiga sama dengan enam.” Ini merupakan pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan logika. Namun, logika yang disistematisasikan Aristoteles bukanlah logika semacam itu sehingga Aristoteles melainkan logika deduktif.
Menurut Aristoteles, setiap pengertian pasti berkaitan dengan suatu hal atau benda. Dengan pengertian ini orang bisa tahu bahwa orang mempersepsi kenyataan, ini berarti orang sudah mendapatkan gambaran tentang kenyataan (Hadiwijono, 46:2005). Gambaran ini bukan berarti mewakili seluruh kenyataan, gambaran ini hanyalah sepotong kenyataan. Untuk itu perlu diadakan penghubungan antara kenyataan satu dengan kenyataan yang lain sehingga mencapai keumuman tentang sesuatu yang mencakup segala kenyataan. Hal ini pun diperoleh dengan logika yang diperkenalkan oleh Aristoteles
Logika yang mampu memperoleh keumuman yang mencakup segala kenyataan ini dapat diberi contoh sebagai berikut: Toni punya kura-kura warna merah, Andi punya kura-kura warna hijau, dan Tina punya kura-kura warna kuning (masing-masing berupa substansi). Bagaimana pun warnanya, mereka memiliki kesamaan yaitu memiliki “kura-kura” (merupakan jenis). Lalu Septi punya kucing. Persamaan kura-kura dengan kucing adalah bahwa keduanya merupakan “binatang” (merupakan keluarga/genus). Hasilnya merupakan keumuman yaitu “binatang,” kura-kura merah, hijau dan kucing merupakan binatang. Sebenarnya binatang masih bisa diumumkan lagi menjadi anggota dari keumuman “makhluk yang bernapas,” atau “makhluk yang hidup.”
Logika seperti ini juga akan mengantarkan kepada suatu kesimpulan, yang merupakan hasil dari beberapa pertimbangan yang dijadikan satu. Misalnya: Binatang menyusui adalah mamalia, kucing dan kerbau menyusui anak-anaknya, berarti kucing dan kerbau adalah mamalia. Cara menyimpulkan seperti ini disebut Silogisme. Inti pokok dari logika Aristoteles ini adalah memberikan cara menalar dan membuktikan, ada dua pernyataan, lalu disimpulkan menjadi pernyataan ketiga (Delfgaauw, 31:1992). Hal ini sudah dijelaskan dengan contoh binatan menyusui di atas.
Metafisika dan Fisika
Konsepsi metafisika yang dibangun oleh Aristoteles tidak terjadi begitu saja, melainkan ada pemicunya. Pertama-tama, sudah dikenal bahwa Herakleitos berpendapat bahwa kenyataan ini adanya terus bergerak, dinamis, dan menjadi. Sedangkan Parmenides seperti yang kita ketahui menjadi lawan Herakleitos dalam berfilsafat tentang kenyataan, mengungkap bahwa kenyataan itu bersifat tetap adanya. Zeno pun mendukung Parmenides dengan memberikan beberapa contoh tentang itu, yaitu tentang pelari Yunani yang takkan bisa mengejar seekor kura-kura, dan busur panah yang ditembakkan hanya seolah-olah bergerak padahal sebenarnya hanya diam.
Persoalan ini dicoba untuk dipecahkan oleh Plato. Ia mengungkapkan bahwa memang ada yang berubah dan dikenal oleh pengamatan, di lain pihak ada juga yang tidak berubah yaitu ide dan dikenal sebagai akal (Hadiwijono, 48:2005). Dengan ini “yang ada” terbagi atas dua yaitu bentuk yang dapat diamati (yang tampak) sebagai sesuatu yang berubah dan bentuk yang tidak dapat diamati (yang tidak tampak) sebagai sesuatu yang tetap, tidak berubah.
Pemecahan Plato di atas tidak disetujui oleh Aristoteles karena berbagai alasan. Menurut Aristoteles “ada” hanya terdapat pada benda kongkrit. Benda konkrit itu merupakan benda yang nampak dan memiliki bentuk seperti pintu, batu, pohon, tanah dan sebagainya. Pengertian adanya sesuatu dalam ide seperti yang dikemukakan Plato bukanlah sebagai sesuatu yang kongkrit ada. Itu hanyalah pengertian saja.
Konsep Aristoteles yang disebut dunamis yang artinya potensi dan energeia yang artinya aksi merupakan inti sari ajaran Aristoteles tentang fisika dan metafisika (.ibid). Konsep ini pun sekaligus menentang pendapat Parmenides dan Zeno. Dunamis di sini potensi, maksud Aristoteles berkaitan dengan ke-ada-an adalah bahwa sesuatu “yang tidak ada” hanya dapat menjadi “yang ada” secara konkrit.
Cara menjadi “yang ada” dari “yang tidak ada” melalui potensi “yang ada” dengan kata lain “yang ada” merupakan suatu potensi atau bakat untuk menghasilkan yang tadinya tidak ada menjadi sesuatu yang ada bentuknya. Memang benar “yang tidak ada” merupakan nihil atau nol. Tetapi dari “yang ada” bisa mewujudkan sesuatu “yang tidak ada” menjadi ada, berwujud, dan berbentuk. Inilah yang dinamakan potensi. Oleh karena itu harus dibedakan antara “yang ada” dan “yang tidak ada” tetapi, keduanya tidak bisa dipisahkan karena “yang ada” merupakan potensi dalam mewujudkan sesuatu “yang tidak ada”.
Beranjak dari konsepsi di atas maka Aristoteles memiliki konsep tentang materi dan bentuk yang sesuai pula dengan caranya dalam mengkonsepsikan “yang ada” dan “yang tidak ada”. Materi adalah kenyataan yang belum terwujud, yang belum ditentukan, tetapi memiliki potensi untuk mewujud atau dibuat wujud, yang nantinya akan ditentukan oleh bentuk (Hadiwijono, 50:2005). Misalnya dalam kehidupan sehari-hari orang mengenal kayu bisa sebagai, kayu bakar, kayu sebagai hiasan, mebel, dan sebagainya. Sepotong kayu yaitu memiliki materi yaitu kayu dan memiliki bentuk misalnya silinder, kotak, panjang dan sebagainya. Oleh karena itu maka antara materi dan bentuk tidak dapat dipisahkan.
Teologi
Aristoteles mempercayai tentang adanya Tuhan, meski pun tidak disebutkan secara eksplisit bahwa ada Tuhan yang memerintah dan memberi wahyu. Tuhan menurut Aristoteles lebih kepada suatu yang Agung sebagai menggerakan segala sesuatu. Aristoteles percaya bahwa segala sesuatu memiliki suatu tujuan. Sehingga sampailah pada kesimpulan bahwa dunia ini bertujuan. Tujuan gerak yang ada di alam semesta merupakan gerak yang bertujuan bukan untuk mencapai kesempurnaan, melainkan untuk menuju sampai sang penggerak yaitu Aktus murni yang zaman sekarang biasa disebut sebagai Tuhan atau Allah.
Jiwa dan Raga
Filsafat Aristoteles begitu konsisten mulai dari logikanya sampai tentang metafisika dan fisika. Bahkan dalam menelaah tentang jiwa dan raga juga menggunakan konsep yang sama yaitu tentang. Materi, bentuk, potensi, dan aktus. Pembicaraan tentang jiwa merupakan pembicaraan yang sebenarnya abstrak tetapi dengan konsep bentuk Aristoteles orang bisa memahami bahwa jiwa dapat diandaikan sebagai suatu bentuk.
Aristoteles memiliki pendapat bahwa tubuh merupakan materi dan jiwa merupakan bentuknya. jika tubuh adalah potensi maka jiwa adalah aktusnya. Jiwa adalah aktus utama yang paling asasi, yang menyebabkan tubuh menjadi tubuh yang hidup, jiwa juga merupakan asas hidup dalam arti yang seluas-luasnya, yang menjadi asas segala arah hidup yang menggerakkan tubuh, yang memimpin segala perbuatan menuju kepada tujuannya.
Pengenalan Pengetahuan
Dalam mengenal sesuatu Aristoteles seperti Plato yaitu menguraikan tentang pengenalan inderawi dan pengenalan rasional. Aristoteles berpendapat bahwa pengenalan inderawi merupakan pengenalan awal dalam mengenal sesuatu. Sesuatu yang dimaksud adalah berupa pengenalan bentuk. Misalnya, orang bisa membedakan mana bunga dan mana batu. Dengan inderawi saja orang bisa tahu tentang hal itu. Tetapi sebagai awal mula pengenalan yang lebih ilmiah, pengenalan rasional adalah pijakannya.
Pengenalan rasional menjadi pijakan ilmiah dikarenakan, rasio dapat mengabstraksikan sesuatu. Bisa membedakan mana bunga yang cocok untuk diletakkan di taman, dan mana yang cocok di dalam ruangan. Dengan kata lain pengenalan rasional ini merupakan proses berpikir, sesuatu yang tidak akan dapat dicapai dengan cara pengenalan inderawi. Orang selalu tahu bahwa ada kertas, pulpen, kunci dan sebagainya. Tetapi tanpa pengenalan secara rasio orang akan kehilangan arahnya, misalnya ada tiga kunci dan satu pengunci (gembok) sudah pasti dengan pengenalan rasional orang akan mencocokkan mana yang kira-kira sesuai dengan gembok tersebut dan bisa lebih jauh berpikir dengan mencoba kuncinya satu persatu. Pengenalan inderawi di sini hanya sampai melihat bahwa ada tiga kunci yang berbeda dan satu gembok. Oleh karena itu pengenalan inderawi terbatas pada pengenalan bentuk saja.

Aristoteles tidak terutama matematika tetapi kontribusi yang penting dengan sistematis, logika deduktif. Dia menulis pada mata pelajaran fisik: beberapa bagian dari posteriora nya Analytica menunjukkan pemahaman yang tidak biasa dari metode matematika.

Ada sedikit keraguan bahwa Nicomachus akan Aristoteles ingin menjadi dokter, untuk tradisi adalah bahwa keterampilan medis dirahasiakan dan diturunkan dari ayah ke anak. Bukan masyarakat di mana orang mengunjungi seorang dokter tetapi itu adalah dokter yang melakukan perjalanan sepanjang negara cenderung orang sakit. Meskipun tahun-tahun awal Aristoteles kurang dikenal, sangat mungkin bahwa ia akan menemani ayahnya dalam perjalanan. Kita tahu bahwa Nicomachus menemukan kondisi di Chalcidice kurang memuaskan daripada di negara tetangga Makedonia dan ia mulai bekerja di sana dengan sukses begitu banyak bahwa ia segera ditunjuk sebagai dokter pribadi untuk Amyntas III, raja Makedonia.

Tidak ada catatan untuk menunjukkan apakah Aristoteles tinggal bersama ayahnya di Pella, ibukota Makedonia, sementara Nicomachus hadir untuk Amyntas raja di pengadilan di sana. Namun demikian, Aristoteles tentu ramah dengan Philip, putra raja Amyntas, beberapa tahun kemudian dan tampaknya masuk akal untuk mengasumsikan bahwa dua, yang hampir persis usia yang sama, telah menjadi ramah di Pella sebagai anak muda.

Ketika Aristoteles adalah sekitar sepuluh tahun ayahnya meninggal. Hal ini tentu berarti bahwa Aristoteles tidak bisa sekarang mengikuti profesi ayahnya dokter dan, karena ibunya tampaknya juga telah mati muda, Aristoteles diasuh oleh seorang wali, Proxenus dari Atarneus, yang pamannya (atau mungkin seorang teman keluarga sebagai disarankan oleh beberapa penulis). Proxenus diajarkan Yunani Aristoteles, retorika, dan puisi yang dilengkapi ajaran Nicomachus biologis yang telah diberikan Aristoteles sebagai bagian dari pelatihan anaknya dalam pengobatan. Karena dalam kehidupan kedua Aristoteles menulis prosa Yunani baik, ini juga harus menjadi bagian dari pendidikan awal.

Pada 367 SM Aristoteles, pada usia tujuh belas tahun, menjadi mahasiswa di Akademi Plato di Athena. Pada waktu yang Aristoteles bergabung dengan Academy itu telah beroperasi selama dua puluh tahun. Plato tidak berada di Athena, melainkan ia pada kunjungan pertama ke Syracuse. Kita tidak harus berpikir Plato's Academy sebagai organisasi non-politik hanya tertarik pada ide-ide abstrak. Akademi sangat terlibat dalam politik saat itu, dalam kunjungan sebenarnya Plato ke Sisilia adalah untuk alasan politik, dan politik dari Akademi dan seluruh daerah akan memainkan peran utama dalam mempengaruhi perjalanan hidup Aristoteles.

Dia tinggal di Plato's Academy sampai sekitar 347).
Meskipun seorang murid yang brilian, Aristoteles menentang beberapa ajaran Plato, dan ketika Plato meninggal, Aristoteles tidak ditunjuk ketua Akademi. Setelah meninggalkan Athena, Aristoteles menghabiskan beberapa waktu bepergian, dan mungkin belajar biologi, di Asia Kecil (sekarang Turki) dan pulau-pulau. Ia kembali ke Makedonia di 338 untuk tutor Alexander Agung, setelah Alexander menaklukkan Athena, Aristoteles kembali ke Athena dan mendirikan sekolah sendiri, yang dikenal sebagai Lyceum. Setelah kematian Alexander, Athena memberontak melawan kekuasaan Macedonia, dan situasi politik Aristoteles menjadi genting. Untuk menghindari dihukum mati, ia melarikan diri ke pulau Euboea, di mana ia meninggal segera setelah.

Aristoteles dikatakan telah menulis 150 risalah filosofis. 30 yang bertahan menyentuh pada serangkaian luas masalah filosofis, dari biologi dan fisika dengan moral untuk estetika untuk politik. Namun demikian, banyak dianggap "catatan kuliah" bukannya lengkap, risalah dipoles, dan beberapa mungkin bukan karya Aristoteles tetapi anggota sekolahnya.

Sedangkan guru Plato Aristoteles telah menemukan realitas terakhir di Ide atau bentuk kekal, dapat diketahui hanya melalui refleksi dan alasan, Aristoteles melihat realitas hakiki dalam objek fisik, dapat diketahui melalui pengalaman. Benda, termasuk organisme, yang terdiri dari potensi, masalah mereka, dan dari sebuah realitas, bentuk mereka, dengan demikian, satu blok marmer - materi - memiliki potensi untuk mengasumsikan bentuk apapun pematung memberikan penyakit, dan biji atau embrio memiliki potensi untuk tumbuh menjadi tanaman hidup atau bentuk binatang.

Dalam makhluk hidup, bentuk itu diidentifikasi dengan jiwa; tanaman memiliki jenis terendah jiwa, hewan jiwa tinggi yang bisa merasakan, dan manusia sendiri memiliki rasional, jiwa penalaran. Pada gilirannya, binatang itu dapat diklasifikasikan dengan cara hidup mereka, tindakan mereka, atau, yang paling penting, oleh bagian mereka.

Meskipun karya Aristoteles di zoologi bukan tanpa kesalahan, itu adalah sintesis termegah biologis dari waktu, dan tetap otoritas tertinggi selama berabad-abad setelah kematiannya. pengamatan-Nya pada anatomi gurita, sotong, krustasea, dan banyak invertebrata laut lainnya sangat akurat, dan hanya bisa telah dibuat dari pengalaman pertama tangan dengan pembedahan. Aristoteles menggambarkan perkembangan embrio ayam yang; ia membedakan paus dan lumba-lumba dari ikan, ia menggambarkan perut bilik dari ruminansia dan organisasi sosial dari lebah, ia melihat bahwa beberapa hiu melahirkan muda hidup - buku-bukunya pada hewan dipenuhi dengan seperti pengamatan, beberapa yang tidak dikonfirmasi sampai beberapa abad kemudian.

Aristoteles klasifikasi hewan dikelompokkan bersama hewan dengan karakter yang sama ke genera (digunakan dalam arti lebih luas daripada ahli biologi saat ini menggunakan istilah) dan kemudian membedakan spesies di dalam marga. Dia membagi hewan menjadi dua jenis: mereka dengan darah, dan mereka tanpa darah (atau setidaknya tanpa darah merah). Perbedaan-perbedaan ini berhubungan erat dengan perbedaan kami antara vertebrata dan invertebrata.

Hewan-hewan berdarah, sesuai dengan vertebrata, termasuk lima genera: hewan berkaki empat vivipar (mamalia), burung, hewan berkaki empat yg menelur (reptil dan amfibi), ikan, dan ikan paus (yang Aristoteles tidak menyadari adalah mamalia). Hewan-hewan berdarah diklasifikasikan sebagai cumi (seperti gurita itu), krustasea, serangga (yang termasuk laba-laba, kalajengking, dan lipan, selain apa yang sekarang kita definisikan sebagai serangga); dikupas hewan (seperti kebanyakan moluska dan echinodermata); dan "zoophytes," atau "tumbuhan-hewan," yang diduga mirip tanaman dalam bentuk mereka - seperti kebanyakan cnidaria.

pemikiran Aristoteles tentang ilmu bumi dapat ditemukan dalam bukunya Meteorologi risalah - kata ini berarti studi tentang cuaca, tetapi Aristoteles menggunakan kata dalam arti yang jauh lebih luas, yang meliputi, seperti yang ia katakan, "semua kasih sayang kita sebut umum udara dan air, dan jenis dan bagian-bagian bumi dan kasih sayang bagian-bagiannya. " Di sini ia membahas sifat bumi dan lautan.

Dia bekerja di luar siklus hidrologi: "Sekarang matahari, bergerak seperti halnya, membentuk proses-proses perubahan dan menjadi dan membusuk, dan oleh wakilnya air terbaik dan termanis adalah setiap hari dilakukan dan dilarutkan menjadi uap dan naik ke atas daerah, di mana ia kental lagi dengan kembali dingin dan sehingga untuk bumi. "

Dia membahas angin, gempa bumi (yang menurutnya disebabkan oleh angin bawah tanah), guntur, petir, pelangi, dan meteor, komet, dan Bima Sakti (yang menurutnya fenomena atmosfer). Modelnya sejarah Earth berisi beberapa ide yang terdengar sangat modern:

Bagian yang sama dari bumi tidak selalu lembab atau kering, tapi mereka berubah sesuai sebagai sungai masuk ke dalam keberadaan dan kering. Dan hubungan tanah kepada perubahan laut juga dan tempat tidak selalu tetap darat atau laut sepanjang masa, tapi di mana ada lahan kering akan datang kepada laut, dan di mana sekarang ada laut, ada satu hari datang untuk menjadi kering tanah. Tapi kita harus menganggap perubahan ini mengikuti beberapa ketertiban dan siklus. Prinsip dan menyebabkan perubahan ini adalah bahwa interior bumi tumbuh dan meluruh, seperti tubuh tanaman dan hewan. . . .

Tetapi proses penting seluruh bumi terjadi secara bertahap dan dalam periode waktu yang begitu besar dibandingkan dengan panjang hidup kita, bahwa perubahan ini tidak diamati, dan sebelum program mereka dapat direkam dari awal sampai akhir seluruh bangsa binasa dan hancur.

Dimana Aristoteles berbeda paling tajam dari pemikir abad pertengahan dan modern dalam keyakinannya bahwa alam semesta tidak pernah memiliki awal dan tidak pernah akan berakhir, itu adalah abadi. Ubah, untuk Aristoteles, adalah siklus: air, misalnya, mungkin menguap dari laut dan hujan turun lagi, dan sungai mungkin akan menjadi ada dan kemudian binasa, namun kondisi secara keseluruhan tidak akan pernah berubah.

Pada Abad Pertengahan, karya Aristoteles ditemukan kembali dan antusias diadopsi oleh para sarjana abad pertengahan. pengikut-Nya memanggilnya Ille Philosophus (The Philosopher), atau "master dari mereka yang tahu," dan banyak diterima setiap kata dari tulisan-tulisannya - atau setidaknya setiap kata yang tidak bertentangan dengan Alkitab - sebagai kebenaran abadi. Menyatu dan berdamai dengan ajaran Kristen ke dalam sistem filsafat yang dikenal sebagai SKOLASTIK, filsafat Aristoteles menjadi filsafat resmi dari Gereja Katolik Roma. Akibatnya, beberapa penemuan-penemuan ilmiah pada Abad Pertengahan dan Renaissance dikritik hanya karena mereka tidak ditemukan dalam Aristoteles. Ini adalah salah satu dari ironi sejarah ilmu yang tulisan-tulisan Aristoteles, yang dalam banyak kasus didasarkan pada pengamatan tangan pertama, digunakan untuk menghalangi ilmu observasional.

Share this post :

Posting Komentar

 
Support : twitter@wajoterkini | facebook WAJOTERKINI.com | PinBB: 2A9F133B | Google@wajoterkini
Copyright © 2011. Kawali News - All Rights Reserved
Template Created by Published by Bakri Grafika
Proudly powered by wajoterkini