Aristoteles: Filsuf dan filosofi
Aristoteles lahir di Stagirus, atau Stagira, atau Stageirus, di semenanjung Chalcidic Yunani utara. Ayahnya adalah Nicomachus, seorang dokter, sementara ibunya bernama Phaestis. Nicomachus sudah pasti tinggal di Chalcidice ketika Aristoteles lahir dan dia mungkin lahir di wilayah itu. Ibu Aristoteles, Phaestis, datang dari Chalcis di Euboea dan properti milik keluarga di sana. Wawasan dalam hidupnya dan waktu.
Aristoteles, salah satu mahasiswa Plato
terbesar, dilahirkan pada tahun 384 SM. Ayah Aristoteles adalah seorang dokter
kepada raja Mecadonia, dan ketika Aristoteles berusia tujuh tahun, ayahnya
mengirim dia untuk belajar di Akademi. Dia ada di awal sebagai mahasiswa,
kemudian menjadi seorang peneliti dan akhirnya guru. Dia tampak ide-ide
Platonis diadopsi dan dikembangkan, sementara di sana dan telah menyatakan
mereka dalam bentuk dialog. Ketika Plato meninggal, Plato berkehendak Akademi
tidak Aristoteles, tetapi untuk Speusippus keponakannya. Aristoteles kemudian
meninggalkan Athena dengan Xenocrates untuk pergi ke Asos, di Asia Kecil, di
mana ia membuka cabang Akademi. Akademi ini lebih terfokus pada biologi dari
pendahulunya yang bergantung pada matematika.
Di sana ia bertemu Hermias, mantan mahasiswa
lain Plato, yang telah menjadi raja Assos. Aristoteles menikah Hermias
keponakan, Pythias, yang meninggal sepuluh tahun kemudian. Selama tahun-tahun
di Asos, Aristoteles mulai melepaskan diri dari Platonisme dan mengembangkan
ide-ide sendiri.
Raja Philip dari Makedonia Aristoteles
diundang ke gedung DPR sekitar 343 SM sampai gurunya Alexander tiga
belas-telinga-tua don,. Les Alexander di Akademi di Asos, Aristoteles masih
tetap presiden dari Akademi. Pada tahun 359 SM, ayah Alexander, Raja Philip memutuskan
untuk berangkat untuk menaklukkan kota Yunani-negara, dan meninggalkan
Alexander yang bertanggung jawab, sehingga menghentikan les Aristoteles
Alexander.
Raja Philip kemudian dibunuh, pada 336 SM,
dan Alexander kemudian menjadi raja. Dia mengerahkan pasukan besar ayahnya dan
terjaganya beberapa negara-kota, sehingga menjadi "Alexander The
Great".
Pada tahun 335 SM, Aristoteles kembali ke
Athena. Speusippus telah meninggal, tetapi Aristoteles kembali tidak diberikan
presiden Akademi di Athena, sebagai gantinya, itu diberikan kepada salah satu
Xenocrates rekannya. Jadi, Aristoteles mendirikan sekolah sendiri saat ini,
bernama Lyceum, dinamai Apollo Lyceus. Pada tahun 323 SM, dua belas tahun
setelah mendirikan Lyceum, Alexander Agung meninggal. Dalam kebencian Yunani
melawan hegemoni Makedonia mendidih dan kerusuhan pecah. Aristoteles dituduh
dari tindakan tidak hormat, dan hidupnya menjadi dalam bahaya serius. Jadi ia
meninggalkan Athena, dan pergi ke real mendiang ibunya di Chalcis di pulau
Euboea. Ia meninggal di sana pada tahun berikutnya, 322
SM.
Aristoteles
Filsuf yang
menjadi murid Plato selama 20 tahun ini dilahirkan di Stagira, suatu tempat di
daerah Thracia, pada tahun 384 SM. Ia memiliki ayah yang berprofesi sebagai
seorang dokter bernama Nicomachus dan ibunya bernama Phaestis (Inet, 1a).
Aristoteles pernah dipanggil oleh Philippus II seorang raja Macedonia, untuk
mendidik anaknya yaitu Iskandar atau yang biasa di negara barat disebut Alexander
The Great. Pada tahun 323 SM, Iskandar wafat dan timbullah kerusuhan.
Kejadian ini pun membuat Aristoteles tunggang langgang melarikan diri ke
Khalkes, lalu setahun kemudian Aristoteles meninggal dunia (Delfgauuw,
29:1992).
Filsafat
Aristoteles meliputi logika, metafisika dan fisika, teologi, tentang jiwa dan
raga, dan pengenalan pengetahuan. Ini disimpulkan dari berbagai tulisannya
selama hidup. Ada pun yang berupa kutipan perkataannya dan ditulis kembali oleh
para muridnya.
Logika
Pembicaraan
tentang logika biasanya bisa terkait dengan pertanyaan “logiskah orang bisa
bernapas di luar angkasa?” Atau juga terkait dengan pernyataan ilmiah yang
sifatnya kualitatif “dua dikalikan tiga sama dengan enam.” Ini merupakan
pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan logika. Namun, logika yang
disistematisasikan Aristoteles bukanlah logika semacam itu sehingga Aristoteles
melainkan logika deduktif.
Menurut
Aristoteles, setiap pengertian pasti berkaitan dengan suatu hal atau benda.
Dengan pengertian ini orang bisa tahu bahwa orang mempersepsi kenyataan, ini
berarti orang sudah mendapatkan gambaran tentang kenyataan (Hadiwijono,
46:2005). Gambaran ini bukan berarti mewakili seluruh kenyataan, gambaran ini
hanyalah sepotong kenyataan. Untuk itu perlu diadakan penghubungan antara
kenyataan satu dengan kenyataan yang lain sehingga mencapai keumuman tentang
sesuatu yang mencakup segala kenyataan. Hal ini pun diperoleh dengan logika
yang diperkenalkan oleh Aristoteles
Logika yang
mampu memperoleh keumuman yang mencakup segala kenyataan ini dapat diberi
contoh sebagai berikut: Toni punya kura-kura warna merah, Andi punya kura-kura
warna hijau, dan Tina punya kura-kura warna kuning (masing-masing berupa
substansi). Bagaimana pun warnanya, mereka memiliki kesamaan yaitu memiliki
“kura-kura” (merupakan jenis). Lalu Septi punya kucing. Persamaan kura-kura
dengan kucing adalah bahwa keduanya merupakan “binatang” (merupakan
keluarga/genus). Hasilnya merupakan keumuman yaitu “binatang,” kura-kura merah,
hijau dan kucing merupakan binatang. Sebenarnya binatang masih bisa diumumkan lagi
menjadi anggota dari keumuman “makhluk yang bernapas,” atau “makhluk yang
hidup.”
Logika
seperti ini juga akan mengantarkan kepada suatu kesimpulan, yang merupakan
hasil dari beberapa pertimbangan yang dijadikan satu. Misalnya: Binatang
menyusui adalah mamalia, kucing dan kerbau menyusui anak-anaknya, berarti
kucing dan kerbau adalah mamalia. Cara menyimpulkan seperti ini disebut
Silogisme. Inti pokok dari logika Aristoteles ini adalah memberikan cara
menalar dan membuktikan, ada dua pernyataan, lalu disimpulkan menjadi
pernyataan ketiga (Delfgaauw, 31:1992). Hal ini sudah dijelaskan dengan contoh
binatan menyusui di atas.
Metafisika
dan Fisika
Konsepsi
metafisika yang dibangun oleh Aristoteles tidak terjadi begitu saja, melainkan
ada pemicunya. Pertama-tama, sudah dikenal bahwa Herakleitos berpendapat bahwa
kenyataan ini adanya terus bergerak, dinamis, dan menjadi. Sedangkan Parmenides
seperti yang kita ketahui menjadi lawan Herakleitos dalam berfilsafat tentang
kenyataan, mengungkap bahwa kenyataan itu bersifat tetap adanya. Zeno pun
mendukung Parmenides dengan memberikan beberapa contoh tentang itu, yaitu
tentang pelari Yunani yang takkan bisa mengejar seekor kura-kura, dan busur
panah yang ditembakkan hanya seolah-olah bergerak padahal sebenarnya hanya
diam.
Persoalan
ini dicoba untuk dipecahkan oleh Plato. Ia mengungkapkan bahwa memang ada yang
berubah dan dikenal oleh pengamatan, di lain pihak ada juga yang tidak berubah
yaitu ide dan dikenal sebagai akal (Hadiwijono, 48:2005). Dengan ini “yang ada”
terbagi atas dua yaitu bentuk yang dapat diamati (yang tampak) sebagai sesuatu
yang berubah dan bentuk yang tidak dapat diamati (yang tidak tampak) sebagai
sesuatu yang tetap, tidak berubah.
Pemecahan
Plato di atas tidak disetujui oleh Aristoteles karena berbagai alasan. Menurut
Aristoteles “ada” hanya terdapat pada benda kongkrit. Benda konkrit itu
merupakan benda yang nampak dan memiliki bentuk seperti pintu, batu, pohon,
tanah dan sebagainya. Pengertian adanya sesuatu dalam ide seperti yang
dikemukakan Plato bukanlah sebagai sesuatu yang kongkrit ada. Itu hanyalah
pengertian saja.
Konsep
Aristoteles yang disebut dunamis yang artinya potensi dan energeia
yang artinya aksi merupakan inti sari ajaran Aristoteles tentang fisika dan
metafisika (.ibid). Konsep ini pun sekaligus menentang pendapat
Parmenides dan Zeno. Dunamis di sini potensi, maksud Aristoteles
berkaitan dengan ke-ada-an adalah bahwa sesuatu “yang tidak ada” hanya dapat
menjadi “yang ada” secara konkrit.
Cara
menjadi “yang ada” dari “yang tidak ada” melalui potensi “yang ada” dengan kata
lain “yang ada” merupakan suatu potensi atau bakat untuk menghasilkan yang
tadinya tidak ada menjadi sesuatu yang ada bentuknya. Memang benar “yang tidak
ada” merupakan nihil atau nol. Tetapi dari “yang ada” bisa mewujudkan sesuatu
“yang tidak ada” menjadi ada, berwujud, dan berbentuk. Inilah yang dinamakan
potensi. Oleh karena itu harus dibedakan antara “yang ada” dan “yang tidak ada”
tetapi, keduanya tidak bisa dipisahkan karena “yang ada” merupakan potensi dalam
mewujudkan sesuatu “yang tidak ada”.
Beranjak
dari konsepsi di atas maka Aristoteles memiliki konsep tentang materi dan
bentuk yang sesuai pula dengan caranya dalam mengkonsepsikan “yang ada” dan
“yang tidak ada”. Materi adalah kenyataan yang belum terwujud, yang belum
ditentukan, tetapi memiliki potensi untuk mewujud atau dibuat wujud, yang
nantinya akan ditentukan oleh bentuk (Hadiwijono, 50:2005). Misalnya dalam
kehidupan sehari-hari orang mengenal kayu bisa sebagai, kayu bakar, kayu
sebagai hiasan, mebel, dan sebagainya. Sepotong kayu yaitu memiliki materi
yaitu kayu dan memiliki bentuk misalnya silinder, kotak, panjang dan
sebagainya. Oleh karena itu maka antara materi dan bentuk tidak dapat
dipisahkan.
Teologi
Aristoteles
mempercayai tentang adanya Tuhan, meski pun tidak disebutkan secara eksplisit
bahwa ada Tuhan yang memerintah dan memberi wahyu. Tuhan menurut Aristoteles
lebih kepada suatu yang Agung sebagai menggerakan segala sesuatu. Aristoteles
percaya bahwa segala sesuatu memiliki suatu tujuan. Sehingga sampailah pada
kesimpulan bahwa dunia ini bertujuan. Tujuan gerak yang ada di alam semesta
merupakan gerak yang bertujuan bukan untuk mencapai kesempurnaan, melainkan
untuk menuju sampai sang penggerak yaitu Aktus murni yang zaman sekarang biasa disebut
sebagai Tuhan atau Allah.
Jiwa
dan Raga
Filsafat
Aristoteles begitu konsisten mulai dari logikanya sampai tentang metafisika dan
fisika. Bahkan dalam menelaah tentang jiwa dan raga juga menggunakan konsep
yang sama yaitu tentang. Materi, bentuk, potensi, dan aktus. Pembicaraan
tentang jiwa merupakan pembicaraan yang sebenarnya abstrak tetapi dengan konsep
bentuk Aristoteles orang bisa memahami bahwa jiwa dapat diandaikan sebagai
suatu bentuk.
Aristoteles memiliki pendapat bahwa tubuh merupakan materi dan jiwa
merupakan bentuknya. jika tubuh adalah potensi maka jiwa adalah aktusnya. Jiwa
adalah aktus utama yang paling asasi, yang menyebabkan tubuh menjadi tubuh yang
hidup, jiwa juga merupakan asas hidup dalam arti yang seluas-luasnya, yang
menjadi asas segala arah hidup yang menggerakkan tubuh, yang memimpin segala
perbuatan menuju kepada tujuannya.
Pengenalan
Pengetahuan
Dalam mengenal sesuatu Aristoteles seperti Plato yaitu menguraikan
tentang pengenalan inderawi dan pengenalan rasional. Aristoteles berpendapat
bahwa pengenalan inderawi merupakan pengenalan awal dalam mengenal sesuatu.
Sesuatu yang dimaksud adalah berupa pengenalan bentuk. Misalnya, orang bisa
membedakan mana bunga dan mana batu. Dengan inderawi saja orang bisa tahu
tentang hal itu. Tetapi sebagai awal mula pengenalan yang lebih ilmiah,
pengenalan rasional adalah pijakannya.
Pengenalan
rasional menjadi pijakan ilmiah dikarenakan, rasio dapat mengabstraksikan
sesuatu. Bisa membedakan mana bunga yang cocok untuk diletakkan di taman, dan
mana yang cocok di dalam ruangan. Dengan kata lain pengenalan rasional ini
merupakan proses berpikir, sesuatu yang tidak akan dapat dicapai dengan cara
pengenalan inderawi. Orang selalu tahu bahwa ada kertas, pulpen, kunci dan
sebagainya. Tetapi tanpa pengenalan secara rasio orang akan kehilangan arahnya,
misalnya ada tiga kunci dan satu pengunci (gembok) sudah pasti dengan
pengenalan rasional orang akan mencocokkan mana yang kira-kira sesuai dengan
gembok tersebut dan bisa lebih jauh berpikir dengan mencoba kuncinya satu
persatu. Pengenalan inderawi di sini hanya sampai melihat bahwa ada tiga kunci
yang berbeda dan satu gembok. Oleh karena itu pengenalan inderawi terbatas pada
pengenalan bentuk saja.
Aristoteles tidak terutama matematika
tetapi kontribusi yang penting dengan sistematis, logika deduktif. Dia menulis
pada mata pelajaran fisik: beberapa bagian dari posteriora nya Analytica
menunjukkan pemahaman yang tidak biasa dari metode matematika.
Ada sedikit keraguan bahwa Nicomachus akan Aristoteles ingin
menjadi dokter, untuk tradisi adalah bahwa keterampilan medis dirahasiakan dan
diturunkan dari ayah ke anak. Bukan masyarakat di mana orang mengunjungi
seorang dokter tetapi itu adalah dokter yang melakukan perjalanan sepanjang
negara cenderung orang sakit. Meskipun tahun-tahun awal Aristoteles kurang
dikenal, sangat mungkin bahwa ia akan menemani ayahnya dalam perjalanan. Kita
tahu bahwa Nicomachus menemukan kondisi di Chalcidice kurang memuaskan daripada
di negara tetangga Makedonia dan ia mulai bekerja di sana dengan sukses begitu banyak bahwa ia
segera ditunjuk sebagai dokter pribadi untuk Amyntas III, raja Makedonia.
Tidak ada catatan untuk menunjukkan apakah
Aristoteles tinggal bersama ayahnya di Pella, ibukota Makedonia, sementara
Nicomachus hadir untuk Amyntas raja di pengadilan di sana. Namun demikian,
Aristoteles tentu ramah dengan Philip, putra raja Amyntas, beberapa tahun
kemudian dan tampaknya masuk akal untuk mengasumsikan bahwa dua, yang hampir
persis usia yang sama, telah menjadi ramah di Pella sebagai anak muda.
Ketika Aristoteles adalah sekitar sepuluh
tahun ayahnya meninggal. Hal ini tentu berarti bahwa Aristoteles tidak bisa
sekarang mengikuti profesi ayahnya dokter dan, karena ibunya tampaknya juga
telah mati muda, Aristoteles diasuh oleh seorang wali, Proxenus dari Atarneus,
yang pamannya (atau mungkin seorang teman keluarga sebagai disarankan oleh
beberapa penulis). Proxenus diajarkan Yunani Aristoteles, retorika, dan puisi
yang dilengkapi ajaran Nicomachus biologis yang telah diberikan Aristoteles
sebagai bagian dari pelatihan anaknya dalam pengobatan. Karena dalam kehidupan kedua Aristoteles menulis prosa Yunani baik,
ini juga harus menjadi bagian dari pendidikan awal.
Pada 367 SM Aristoteles, pada usia tujuh belas tahun, menjadi
mahasiswa di Akademi Plato di Athena. Pada waktu
yang Aristoteles bergabung dengan
Academy itu telah
beroperasi selama dua puluh tahun. Plato tidak berada di Athena,
melainkan ia pada kunjungan pertama ke Syracuse .
Kita tidak harus berpikir Plato's Academy
sebagai organisasi non-politik hanya tertarik pada ide-ide abstrak. Akademi
sangat terlibat dalam politik saat itu, dalam kunjungan sebenarnya Plato ke
Sisilia adalah untuk alasan politik, dan politik dari Akademi dan seluruh
daerah akan memainkan peran utama dalam mempengaruhi perjalanan hidup
Aristoteles.
Dia tinggal di Plato's Academy sampai sekitar 347). Meskipun seorang murid yang brilian, Aristoteles menentang beberapa ajaran Plato, dan ketika Plato meninggal, Aristoteles tidak ditunjuk ketua Akademi. Setelah meninggalkan Athena, Aristoteles menghabiskan beberapa waktu bepergian, dan mungkin belajar biologi, di Asia Kecil (sekarang Turki) dan pulau-pulau. Ia kembali ke Makedonia di 338 untuk tutor Alexander Agung, setelah Alexander menaklukkan Athena, Aristoteles kembali ke Athena dan mendirikan sekolah sendiri, yang dikenal sebagai Lyceum. Setelah kematian Alexander, Athena memberontak melawan kekuasaan Macedonia, dan situasi politik Aristoteles menjadi genting. Untuk menghindari dihukum mati, ia melarikan diri ke pulau Euboea, di mana ia meninggal segera setelah.
Dia tinggal di Plato's Academy sampai sekitar 347). Meskipun seorang murid yang brilian, Aristoteles menentang beberapa ajaran Plato, dan ketika Plato meninggal, Aristoteles tidak ditunjuk ketua Akademi. Setelah meninggalkan Athena, Aristoteles menghabiskan beberapa waktu bepergian, dan mungkin belajar biologi, di Asia Kecil (sekarang Turki) dan pulau-pulau. Ia kembali ke Makedonia di 338 untuk tutor Alexander Agung, setelah Alexander menaklukkan Athena, Aristoteles kembali ke Athena dan mendirikan sekolah sendiri, yang dikenal sebagai Lyceum. Setelah kematian Alexander, Athena memberontak melawan kekuasaan Macedonia, dan situasi politik Aristoteles menjadi genting. Untuk menghindari dihukum mati, ia melarikan diri ke pulau Euboea, di mana ia meninggal segera setelah.
Aristoteles dikatakan telah menulis 150
risalah filosofis. 30 yang bertahan menyentuh pada
serangkaian luas masalah filosofis, dari biologi dan fisika dengan moral untuk
estetika untuk politik. Namun demikian, banyak
dianggap "catatan kuliah" bukannya lengkap, risalah dipoles, dan
beberapa mungkin bukan karya Aristoteles tetapi anggota sekolahnya.
Sedangkan guru Plato Aristoteles telah
menemukan realitas terakhir di Ide atau bentuk kekal, dapat diketahui hanya
melalui refleksi dan alasan, Aristoteles melihat realitas hakiki dalam objek
fisik, dapat diketahui melalui pengalaman. Benda, termasuk organisme, yang
terdiri dari potensi, masalah mereka, dan dari sebuah realitas, bentuk mereka, dengan
demikian, satu blok marmer - materi - memiliki potensi untuk mengasumsikan
bentuk apapun pematung memberikan penyakit, dan biji atau embrio memiliki potensi untuk tumbuh menjadi tanaman hidup atau bentuk
binatang.
Dalam makhluk hidup, bentuk itu diidentifikasi dengan jiwa; tanaman memiliki jenis terendah jiwa, hewan jiwa tinggi yang bisa merasakan, dan manusia sendiri memiliki rasional, jiwa penalaran. Pada gilirannya, binatang itu dapat diklasifikasikan dengan cara hidup mereka, tindakan mereka, atau, yang paling penting, oleh bagian mereka.
Meskipun karya Aristoteles di zoologi bukan tanpa kesalahan, itu adalah sintesis termegah biologis dari waktu, dan tetap otoritas tertinggi selama berabad-abad setelah kematiannya. pengamatan-Nya pada anatomi gurita, sotong, krustasea, dan banyak invertebrata laut lainnya sangat akurat, dan hanya bisa telah dibuat dari pengalaman pertama tangan dengan pembedahan. Aristoteles menggambarkan perkembangan embrio ayam yang; ia membedakan paus dan lumba-lumba dari ikan, ia menggambarkan perut bilik dari ruminansia dan organisasi sosial dari lebah, ia melihat bahwa beberapa hiu melahirkan muda hidup - buku-bukunya pada hewan dipenuhi dengan seperti pengamatan, beberapa yang tidak dikonfirmasi sampai beberapa abad kemudian.
Dalam makhluk hidup, bentuk itu diidentifikasi dengan jiwa; tanaman memiliki jenis terendah jiwa, hewan jiwa tinggi yang bisa merasakan, dan manusia sendiri memiliki rasional, jiwa penalaran. Pada gilirannya, binatang itu dapat diklasifikasikan dengan cara hidup mereka, tindakan mereka, atau, yang paling penting, oleh bagian mereka.
Meskipun karya Aristoteles di zoologi bukan tanpa kesalahan, itu adalah sintesis termegah biologis dari waktu, dan tetap otoritas tertinggi selama berabad-abad setelah kematiannya. pengamatan-Nya pada anatomi gurita, sotong, krustasea, dan banyak invertebrata laut lainnya sangat akurat, dan hanya bisa telah dibuat dari pengalaman pertama tangan dengan pembedahan. Aristoteles menggambarkan perkembangan embrio ayam yang; ia membedakan paus dan lumba-lumba dari ikan, ia menggambarkan perut bilik dari ruminansia dan organisasi sosial dari lebah, ia melihat bahwa beberapa hiu melahirkan muda hidup - buku-bukunya pada hewan dipenuhi dengan seperti pengamatan, beberapa yang tidak dikonfirmasi sampai beberapa abad kemudian.
Aristoteles klasifikasi hewan dikelompokkan
bersama hewan dengan karakter yang sama ke genera (digunakan dalam arti lebih
luas daripada ahli biologi saat ini menggunakan istilah) dan kemudian
membedakan spesies di dalam marga. Dia membagi hewan menjadi dua jenis: mereka
dengan darah, dan mereka tanpa darah (atau setidaknya tanpa darah merah). Perbedaan-perbedaan ini berhubungan erat dengan perbedaan kami
antara vertebrata dan invertebrata.
Hewan-hewan berdarah, sesuai dengan
vertebrata, termasuk lima genera: hewan berkaki empat vivipar (mamalia),
burung, hewan berkaki empat yg menelur (reptil dan amfibi), ikan, dan ikan paus
(yang Aristoteles tidak menyadari adalah mamalia). Hewan-hewan berdarah
diklasifikasikan sebagai cumi (seperti gurita itu), krustasea, serangga (yang
termasuk laba-laba, kalajengking, dan lipan, selain apa yang sekarang kita
definisikan sebagai serangga); dikupas hewan (seperti kebanyakan moluska dan
echinodermata); dan "zoophytes," atau "tumbuhan-hewan," yang
diduga mirip tanaman dalam bentuk mereka - seperti kebanyakan cnidaria.
pemikiran Aristoteles tentang ilmu bumi
dapat ditemukan dalam bukunya Meteorologi risalah - kata ini berarti studi
tentang cuaca, tetapi Aristoteles menggunakan kata dalam arti yang jauh lebih
luas, yang meliputi, seperti yang ia katakan, "semua kasih sayang kita
sebut umum udara dan air, dan jenis dan bagian-bagian bumi dan kasih sayang
bagian-bagiannya. " Di sini ia membahas sifat bumi
dan lautan.
Dia bekerja di luar siklus hidrologi: "Sekarang matahari, bergerak seperti halnya, membentuk proses-proses perubahan dan menjadi dan membusuk, dan oleh wakilnya air terbaik dan termanis adalah setiap hari dilakukan dan dilarutkan menjadi uap dan naik ke atas daerah, di mana ia kental lagi dengan kembali dingin dan sehingga untuk bumi. "
Dia bekerja di luar siklus hidrologi: "Sekarang matahari, bergerak seperti halnya, membentuk proses-proses perubahan dan menjadi dan membusuk, dan oleh wakilnya air terbaik dan termanis adalah setiap hari dilakukan dan dilarutkan menjadi uap dan naik ke atas daerah, di mana ia kental lagi dengan kembali dingin dan sehingga untuk bumi. "
Dia membahas angin, gempa bumi (yang
menurutnya disebabkan oleh angin bawah tanah), guntur, petir, pelangi, dan
meteor, komet, dan Bima Sakti (yang menurutnya fenomena atmosfer). Modelnya sejarah Earth berisi beberapa ide yang terdengar sangat
modern:
Bagian yang sama dari bumi tidak selalu
lembab atau kering, tapi mereka berubah sesuai sebagai sungai masuk ke dalam
keberadaan dan kering. Dan hubungan tanah kepada perubahan laut juga dan tempat
tidak selalu tetap darat atau laut sepanjang masa, tapi di mana ada lahan
kering akan datang kepada laut, dan di mana sekarang ada laut, ada satu hari
datang untuk menjadi kering tanah. Tapi kita harus
menganggap perubahan ini mengikuti beberapa ketertiban dan siklus. Prinsip dan menyebabkan perubahan ini adalah bahwa
interior bumi tumbuh dan meluruh, seperti tubuh tanaman dan hewan. . . .
Tetapi proses penting seluruh bumi terjadi secara bertahap dan dalam
periode waktu yang begitu besar dibandingkan dengan panjang hidup kita, bahwa
perubahan ini tidak diamati, dan sebelum program mereka dapat direkam dari awal
sampai akhir seluruh bangsa binasa dan hancur.
Dimana Aristoteles berbeda paling tajam
dari pemikir abad pertengahan dan modern dalam keyakinannya bahwa alam semesta
tidak pernah memiliki awal dan tidak pernah akan berakhir, itu adalah abadi.
Ubah, untuk Aristoteles, adalah siklus: air, misalnya, mungkin menguap dari
laut dan hujan turun lagi, dan sungai mungkin akan menjadi ada dan kemudian
binasa, namun kondisi secara keseluruhan tidak akan pernah berubah.
Pada Abad Pertengahan, karya Aristoteles ditemukan kembali dan
antusias diadopsi oleh para sarjana abad pertengahan. pengikut-Nya memanggilnya Ille Philosophus (The Philosopher), atau
"master dari mereka yang tahu," dan banyak diterima setiap kata dari
tulisan-tulisannya - atau setidaknya setiap kata yang tidak bertentangan dengan
Alkitab - sebagai kebenaran abadi. Menyatu dan berdamai dengan ajaran Kristen
ke dalam sistem filsafat yang dikenal sebagai SKOLASTIK, filsafat Aristoteles
menjadi filsafat resmi dari Gereja Katolik Roma. Akibatnya, beberapa
penemuan-penemuan ilmiah pada Abad Pertengahan dan Renaissance dikritik hanya
karena mereka tidak ditemukan dalam Aristoteles. Ini adalah salah satu dari
ironi sejarah ilmu yang tulisan-tulisan Aristoteles, yang dalam banyak kasus
didasarkan pada pengamatan tangan pertama, digunakan untuk menghalangi ilmu
observasional.
Posting Komentar