Headlines News :

LAYANAN TIKET PESAWAT MURAH

http://1.bp.blogspot.com/-5u0IGgkRe8Y/Ugmw7l77cAI/AAAAAAAAArc/VGaBn3ZA0ow/s1600/BK+TRavel+ok.gif

Label 3

Label 1

Trending Topik

Patung Misterius di Kab. Wajo


Patung ini berada ditengah - tengah kota Sengkang Kab. Wajo, tepatnya didepan bank Mega Sengkang, jalan jend Sudirman Sengkang, keberadaan patung ini sangat misterius bagi kebanyakan warga yang ada dikota sengkang, karena biasanya sebuah patung yang dibuat merupakan sebuah simbol atau minimal memberikan sebuah arti tentang keberadaannya....

tapi patung yang satu ini, tidak ada satupun yang bisa memberikan penjelasan yang sebenarnya, tentang makna yang ada dibalik pembuatan patung ini...

Banyak orang yang menafsirkan tentang keberadaan patung ini, tetapi tidak mampu membuktikan penafsiran tersebut, sehingga sampai sekarang patung ini tetap berdiri kokoh tanpa makna yang jelas....

siapakah yang bertanggung jawab terhadap kondisi ini....karena pertanyaan ini akan muncul setiap generasi yang akan datang....?

William Shakespeare






William Shakespeare (lahir di Stratford-upon-Avon, Warwickshire, Inggris, 26 April 1564 – meninggal di Stratford-upon-Avon, Warwickshire, Inggris, 23 April 1616 pada umur 51 tahun) adalah seorang penulis Inggris yang seringkali disebut orang sebagai salah satu sastrawan terbesar Inggris. Ia menulis sekitar 38 sandiwara tragedi, komedi, sejarah, dan 154 sonata, 2 puisi naratif, dan puisi-puisi yang lain. Ia menulis antara tahun 1585 dan 1613 dan karyanya telah diterjemahkan di hampir semua bahasa hidup di dunia dan dipentaskan di panggung lebih daripada semua penulis sandiwara yang lain.
Shakespeare lahir di Stratford-upon-Avon, Inggris, pada bulan April 1564, sebagai putra John Shakespeare dan Mary Arden. Ayah William cukup kaya ketika ia lahir dan memiliki bisnis pembuatan sarung tangan namun kemudian ia menjadi agak miskin setelah menjual wol secara ilegal. Shakespeare tidak mengikuti jejak ayahnya.
Pada zaman itu, sekolah umum baru dimulai di Inggris. Sebelumnya, hampir semua anak tidak tahu cara membaca dan menulis, mereka hanya belajar suatu ketrampilan atau bertani. Shakespeare pergi ke salah satu sekolah umum yang baru ini. Ia belajar Latin, yang merupakan bahasa semua kaum terpelajar, tidak peduli dari negara mana mereka berasal. Dari London ke Lisbon, dari Aleksandria ke Konstantinopel, dari Tunis ke Yerusalem, semua orang terpelajar berbicara Latin dan bahasa ibu mereka. Semua dokumen penting, baik dokumen negara, gereja, atau perdagangan, ditulis menggunakan Latin.
Shakespeare juga mempelajari karya-karya para penulis dan filosofer dari Yunani Kuno dan Romawi. Lebih dari 100 tahun berlalu sejak Johannes Gutenberg memperkenalkan percetakan ke Eropa pada tahun 1452. Shakespeare dan orang Inggris lain yang dapat membaca ─ dan mampu membeli ─ buku-buku menjadi akrab dengan kisah-kisah dari berbagai tempat seperti Italia, Perancis, Asia Minor, dan Afrika Utara. Beberapa kisah-kisah ini menjadi dasar cerita-cerita terbesar Shakespeare. Contohnya, The Golden Ass karya Apuleius, sebuah kisah kuno dari Afrika Utara, kemungkinan merupakan kisah yang menginspirasikan Impian di Tengah Musim. Shakespeare meminjam cerita untuk Romeo dan Juliet dari seorang penulis Inggris lain, yang mendapatkannya dari seorang penulis Perancis, yang menterjemahkannya dari kisah abad ke-16 oleh Luigi da Porta dari Italia yang bersumpah bahwa cerita tersebut adalah berdasarkan cerita nyata.


                Sampul muka Folio Pertama, 1623. Gambar Shakespeare oleh Martin Droeshut

Di dalam dunia Shakespeare, terdapat susunan-susunan yang telah diterima secara umum. Hampir semua orang di Inggris adalah Kristen. Di hierarki terbawah terdapat kaum pekerja, di atasnya para petani dan pedangang, lalu para pendeta dan pengawal, lalu naik lagi para ksatria, tuan tanah, uskup agung, dan para adipati. Sang monarki bertahta di puncak tatanan sosial. Di Inggris, monarki tersebut adalah Ratu Elizabeth I (yang dilanjutkan dengan kemenakannya, James I). Elizabeth I memerintah Inggris hampir selama hidup Shakespeare. Pada zaman tersebut tidak ada peperangan. Diplomasi sang ratu membuat kedua seterunya Perancis dan Spanyol terjaga seimbang. Perdagangan berkembang. London menjadi kota yang padat, ramai, dan penuh dengan peluang. Rumah-rumah sandiwara dibangun di London; teater-teater tersebut adalah tempat yang populer dikunjungi masyarakat.

Sistem kelas pada zaman Shakespeare dapat saja sudah memiliki susunan-susunan, namun hal tersebut tidak statis. Orang-orang mulai berpikir tentang mereka sendiri. Shakespeare hidup di zaman Renaissans yang berarti "kelahiran kembali" yang terjadi pada abad ke-15 hingga abad ke-17 di Eropa.

Renaissans Eropa menghidupkan kembali pembelajaran klasik. Pada zaman tersebut terdapat gerakan kebangkitan minat terhadap seni, musik, dan arsitektur. Suatu dunia yang tua dan stagnan tiba-tiba berubah menjadi hidup dan vibran. Meskipun hampir semua orang percaya bahwa susunan matahari, bulan, bintang, dan planet mempengaruhi nasib mereka, beberapa orang mulai merubah cara berpikir mereka tentang diri mereka dan dunia yang mereka tinggali. Mereka mulai memahami kekuasaan dan posisi pemerintahan diciptakan oleh manusia, bukan ditentukan oleh Tuhan sejak lahirnya. Mereka menyadari bahwa kekristenan bukanlah satu-satunya agama di dunia. Dan karena banyak di antara mereka mulai dapat membaca, maka banyak juga yang tidak ingin tinggal di kelas sosial tempat mereka dilahirkan. Banyak petualang Renaissans menggunakan cara mereka sendiri-sendiri untuk mencari rejeki dan mengembangkan kehidupan mereka. Shakespeare adalah salah satu dari orang-orang tersebut.

Pada awal 1590an, William Shakepseare mengokohkan dirinya sebagai seorang penulis sandiwara dan aktor di London. Selain itu, ia juga memiliki bagian dari rumah sandiwara tempat ia dan teman-temannya bermain. Itu mungkin adalah sumber penghasilannya. Shakespeare menikahi Anne Hathaway, yang delapan tahun lebih tua daripadanya, pada tanggal 28 November 1582 di Temple Grafton, dekat Stratford. Anne kala itu hamil tiga bulan. Bersama-sama mereka dikaruniai tiga anak: Susanna, dan si kembar Hamnet dan Judith. Istri dan ketiga anaknya tinggal di Stratford, dan kemungkinan besar Shakespeare pergi mengunjungi mereka setahun sekali. Pada tahun 1596 Hamnet meninggal dunia. Karena kemiripan nama, banyak orang berpikir bahwa hal ini mengilhaminya untuk menulis The Tragical History of Hamlet, Prince of Denmark.

Shakespeare menjadi orang teater yang sangat terkenal, sangat populer, dan sangat kaya. Ratu Elizabeth I sangat menyukai karya-karyanya; begitu pula dengan Raja James I, penerusnya. Pada pemerintahan James I, Shakespeare dan kawan-kawan terkenal dengan sebutan "Orang-orang Raja" karena Raja James I adalah pengunjung mereka yang spesial. Shakespeare dan Orang-orang Raja bermain di istana kerajaan, di teater Globe dan di rumah sandiwara mereka, dan teater Blackfriars. Untuk mendapatkan lebih banyak uang, mereka juga mengadakan tur keliling Inggris, terutama pada saat-saat wabah penyakit menjangkit Inggris.
Orang-orang zaman Elizabeth tidak memandang pemain atau penulis sandiwara adalah pekerjaan yang terhormat. Pergi ke teater pada zaman tersebut tidak sama seperti pergi ke teater pada saat ini, hal itu lebih seperti pergi menonton pertandingan sepak bola!

Teater-teater zaman Elizabeth merupakan bangunan kayu yang bertingkat-tingkat. Para penonton duduk di ketiga sisi atau berdiri di tengah-tengah lantai. Bagian tengah teater terbuka atapnya karena pada zaman itu belum ada penerangan buatan. Ribuan orang berjejalan di teater untuk pertunjukan sore hari. Para penonton berteriak-teriak di belakang para aktor. Teater Globe adalah tempat yang padat pengunjung, bising, dan berjejal-jejalan.

Puluhan ribu orang yang memadati untuk melihat sandiwara Shakespeare akan dapat mendengar 1700 kata yang diciptakan oleh Shakespeare. Banyak kata-kata ciptannya yang saat ini masih digunakan. Contohnya: "deafening" (menulikan), " hush", " hurry" (lekas), " downstairs" (di bawah), " gloomy" (sedih), " lonely" (sendirian), " embrace" (pelukan), " dawn" (senja). Ejaan yang digunakan Shakespeare pun berbeda dari zamannya. Orang-orang zaman Elizabeth mengeja kata-kata seperti yang tertulis, seperti Latin dan Indonesia. Tidak ada cara "yang benar" untuk mengeja. Orang-orang menulis suatu kata seperti ejaan yang mereka inginkan. Jika ingin menulis "me" (saya) tapi ingin memberikan penekanan pada kata tersebut, maka kata tersebut akan dituliskan "mee". Jika sang penulis ingin kata tersebut dibaca seperti orang berteriak dari atap rumah, maka kata tersebut akan dituliskan "Meee".

Dalam teks Shakespeare akan dijumpai kata "stayed" (tinggal) dieja "stay'd", karena Shakespeare ingin mengucapkan kata tersebut sebagai satu suku kata (baca: 'steid') seperti ejaan bahasa Inggris sekarang, bukan dua suku kata (baca: 'stei-ed'). Bahasa Inggris modern banyak menggunakan penulisan dari zaman dahulu namun dengan menggunakan ejaan yang baru. Contohnya kata "knight" (ksatria) dulunya dieja sama seperti tulisannya (baca: 'k-ni-gh-t' 4 suku kata). Di dalam budaya oral seperti zaman Shakespeare, orang-orang mempedulikan detil intonasi, nada suara, dan bunyi yang ditimbulkan pada waktu mereka berbicara sehingga bahasa lisan yang digunakan lebih kaya pada zaman dahulu daripada zaman sekarang.

William Shakespeare menulis selama dua puluh lima tahun, menciptakan tiga puluh enam hingga tiga puluh sembilan karya yang diketahui hingga saat ini. Topik yang dicakup beragam mulai dari romans komik hingga perang saudara, dari permainan domestik hingga kejadian politis yang menggegerkan dunia. Namun tiga hal yang mendasari seluruh karyanya adalah pertanyaan-pertanyaan: Apa artinya untuk hidup? Bagaimana cara kita hidup? Apa yang harus kita lakukan? Sandiwara Shakespeare menawarkan pemahaman yang mendalam terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Itulah sebabnya mengapa ahli-ahli literatur mempelajari karyanya, politikus-politikus mengutipnya, filosofer-filosofer menemukan cara berpikir yang baru dari membaca dan membaca ulang karyanya. Mempelajari Shakespeare adalah seperti mempelajari hidup dari berbagai sudut pandang: psikologis, politis, filosofis, sosial, spiritual. Ritme yang digunakannya dalam kata-katanya terefleksi dalam ritme tubuh kita. Memainkan peranan sandiwara Shakespeare di panggung membuat seseorang menyadari seberapa dalam seseorang harus menarik napas supaya suaranya dapat terdengar sampai ujung ruangan.

Shakespeare berhenti menulis pada tahun 1611 dan meninggal dunia beberapa tahun kemudian pada 1616. Sampai wafatnya ia tetap menikah dengan Anne. Pada batu nisannya tertulis: "Blest be the man who cast these stones, and cursed be he that moves my bones." (bahasa Indonesia: "Terbekatilah ia yang menaruh batu-batu ini, dan terkutuklah ia yang memindahkan tulang-tulangku.")

Shakespeare menulis tentang keadaan manusia yang sangat manusiawi. Ia memahami apa yang hampir semua orang ingini: untuk menyayangi orang lain, dan disayangi oleh orang lain; makan, minum, dan tidur dengan tenang; untuk hidup di tengah dunia yang besar dan memiliki arti di dalam hidup. Shakespeare juga memahami bahwa manusia memiliki kelemahan-kelemahan yang kadang-kadang jauh dari rencana-rencana mereka yang terhormat (atau tidak terhormat). Shakespeare adalah seorang jenius yang menunjukkan pada kita diri kita sesungguhnya.



Karya William Shakespeare










Karya lain

Aristoteles


Filsuf dan filosofi

Aristoteles lahir di Stagirus, atau Stagira, atau Stageirus, di semenanjung Chalcidic Yunani utara. Ayahnya adalah Nicomachus, seorang dokter, sementara ibunya bernama Phaestis. Nicomachus sudah pasti tinggal di Chalcidice ketika Aristoteles lahir dan dia mungkin lahir di wilayah itu. Ibu Aristoteles, Phaestis, datang dari Chalcis di Euboea dan properti milik keluarga di sana. Wawasan dalam hidupnya dan waktu.

Aristoteles, salah satu mahasiswa Plato terbesar, dilahirkan pada tahun 384 SM. Ayah Aristoteles adalah seorang dokter kepada raja Mecadonia, dan ketika Aristoteles berusia tujuh tahun, ayahnya mengirim dia untuk belajar di Akademi. Dia ada di awal sebagai mahasiswa, kemudian menjadi seorang peneliti dan akhirnya guru. Dia tampak ide-ide Platonis diadopsi dan dikembangkan, sementara di sana dan telah menyatakan mereka dalam bentuk dialog. Ketika Plato meninggal, Plato berkehendak Akademi tidak Aristoteles, tetapi untuk Speusippus keponakannya. Aristoteles kemudian meninggalkan Athena dengan Xenocrates untuk pergi ke Asos, di Asia Kecil, di mana ia membuka cabang Akademi. Akademi ini lebih terfokus pada biologi dari pendahulunya yang bergantung pada matematika.

Di sana ia bertemu Hermias, mantan mahasiswa lain Plato, yang telah menjadi raja Assos. Aristoteles menikah Hermias keponakan, Pythias, yang meninggal sepuluh tahun kemudian. Selama tahun-tahun di Asos, Aristoteles mulai melepaskan diri dari Platonisme dan mengembangkan ide-ide sendiri.

Raja Philip dari Makedonia Aristoteles diundang ke gedung DPR sekitar 343 SM sampai gurunya Alexander tiga belas-telinga-tua don,. Les Alexander di Akademi di Asos, Aristoteles masih tetap presiden dari Akademi. Pada tahun 359 SM, ayah Alexander, Raja Philip memutuskan untuk berangkat untuk menaklukkan kota Yunani-negara, dan meninggalkan Alexander yang bertanggung jawab, sehingga menghentikan les Aristoteles Alexander.

Raja Philip kemudian dibunuh, pada 336 SM, dan Alexander kemudian menjadi raja. Dia mengerahkan pasukan besar ayahnya dan terjaganya beberapa negara-kota, sehingga menjadi "Alexander The Great".

Pada tahun 335 SM, Aristoteles kembali ke Athena. Speusippus telah meninggal, tetapi Aristoteles kembali tidak diberikan presiden Akademi di Athena, sebagai gantinya, itu diberikan kepada salah satu Xenocrates rekannya. Jadi, Aristoteles mendirikan sekolah sendiri saat ini, bernama Lyceum, dinamai Apollo Lyceus. Pada tahun 323 SM, dua belas tahun setelah mendirikan Lyceum, Alexander Agung meninggal. Dalam kebencian Yunani melawan hegemoni Makedonia mendidih dan kerusuhan pecah. Aristoteles dituduh dari tindakan tidak hormat, dan hidupnya menjadi dalam bahaya serius. Jadi ia meninggalkan Athena, dan pergi ke real mendiang ibunya di Chalcis di pulau Euboea. Ia meninggal di sana pada tahun berikutnya, 322 SM.
Aristoteles
Filsuf yang menjadi murid Plato selama 20 tahun ini dilahirkan di Stagira, suatu tempat di daerah Thracia, pada tahun 384 SM. Ia memiliki ayah yang berprofesi sebagai seorang dokter bernama Nicomachus dan ibunya bernama Phaestis (Inet, 1a). Aristoteles pernah dipanggil oleh Philippus II seorang raja Macedonia, untuk mendidik anaknya yaitu Iskandar atau yang biasa di negara barat disebut Alexander The Great. Pada tahun 323 SM, Iskandar wafat dan timbullah kerusuhan. Kejadian ini pun membuat Aristoteles tunggang langgang melarikan diri ke Khalkes, lalu setahun kemudian Aristoteles meninggal dunia (Delfgauuw, 29:1992).
Filsafat Aristoteles meliputi logika, metafisika dan fisika, teologi, tentang jiwa dan raga, dan pengenalan pengetahuan. Ini disimpulkan dari berbagai tulisannya selama hidup. Ada pun yang berupa kutipan perkataannya dan ditulis kembali oleh para muridnya.
Logika
Pembicaraan tentang logika biasanya bisa terkait dengan pertanyaan “logiskah orang bisa bernapas di luar angkasa?” Atau juga terkait dengan pernyataan ilmiah yang sifatnya kualitatif “dua dikalikan tiga sama dengan enam.” Ini merupakan pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan logika. Namun, logika yang disistematisasikan Aristoteles bukanlah logika semacam itu sehingga Aristoteles melainkan logika deduktif.
Menurut Aristoteles, setiap pengertian pasti berkaitan dengan suatu hal atau benda. Dengan pengertian ini orang bisa tahu bahwa orang mempersepsi kenyataan, ini berarti orang sudah mendapatkan gambaran tentang kenyataan (Hadiwijono, 46:2005). Gambaran ini bukan berarti mewakili seluruh kenyataan, gambaran ini hanyalah sepotong kenyataan. Untuk itu perlu diadakan penghubungan antara kenyataan satu dengan kenyataan yang lain sehingga mencapai keumuman tentang sesuatu yang mencakup segala kenyataan. Hal ini pun diperoleh dengan logika yang diperkenalkan oleh Aristoteles
Logika yang mampu memperoleh keumuman yang mencakup segala kenyataan ini dapat diberi contoh sebagai berikut: Toni punya kura-kura warna merah, Andi punya kura-kura warna hijau, dan Tina punya kura-kura warna kuning (masing-masing berupa substansi). Bagaimana pun warnanya, mereka memiliki kesamaan yaitu memiliki “kura-kura” (merupakan jenis). Lalu Septi punya kucing. Persamaan kura-kura dengan kucing adalah bahwa keduanya merupakan “binatang” (merupakan keluarga/genus). Hasilnya merupakan keumuman yaitu “binatang,” kura-kura merah, hijau dan kucing merupakan binatang. Sebenarnya binatang masih bisa diumumkan lagi menjadi anggota dari keumuman “makhluk yang bernapas,” atau “makhluk yang hidup.”
Logika seperti ini juga akan mengantarkan kepada suatu kesimpulan, yang merupakan hasil dari beberapa pertimbangan yang dijadikan satu. Misalnya: Binatang menyusui adalah mamalia, kucing dan kerbau menyusui anak-anaknya, berarti kucing dan kerbau adalah mamalia. Cara menyimpulkan seperti ini disebut Silogisme. Inti pokok dari logika Aristoteles ini adalah memberikan cara menalar dan membuktikan, ada dua pernyataan, lalu disimpulkan menjadi pernyataan ketiga (Delfgaauw, 31:1992). Hal ini sudah dijelaskan dengan contoh binatan menyusui di atas.
Metafisika dan Fisika
Konsepsi metafisika yang dibangun oleh Aristoteles tidak terjadi begitu saja, melainkan ada pemicunya. Pertama-tama, sudah dikenal bahwa Herakleitos berpendapat bahwa kenyataan ini adanya terus bergerak, dinamis, dan menjadi. Sedangkan Parmenides seperti yang kita ketahui menjadi lawan Herakleitos dalam berfilsafat tentang kenyataan, mengungkap bahwa kenyataan itu bersifat tetap adanya. Zeno pun mendukung Parmenides dengan memberikan beberapa contoh tentang itu, yaitu tentang pelari Yunani yang takkan bisa mengejar seekor kura-kura, dan busur panah yang ditembakkan hanya seolah-olah bergerak padahal sebenarnya hanya diam.
Persoalan ini dicoba untuk dipecahkan oleh Plato. Ia mengungkapkan bahwa memang ada yang berubah dan dikenal oleh pengamatan, di lain pihak ada juga yang tidak berubah yaitu ide dan dikenal sebagai akal (Hadiwijono, 48:2005). Dengan ini “yang ada” terbagi atas dua yaitu bentuk yang dapat diamati (yang tampak) sebagai sesuatu yang berubah dan bentuk yang tidak dapat diamati (yang tidak tampak) sebagai sesuatu yang tetap, tidak berubah.
Pemecahan Plato di atas tidak disetujui oleh Aristoteles karena berbagai alasan. Menurut Aristoteles “ada” hanya terdapat pada benda kongkrit. Benda konkrit itu merupakan benda yang nampak dan memiliki bentuk seperti pintu, batu, pohon, tanah dan sebagainya. Pengertian adanya sesuatu dalam ide seperti yang dikemukakan Plato bukanlah sebagai sesuatu yang kongkrit ada. Itu hanyalah pengertian saja.
Konsep Aristoteles yang disebut dunamis yang artinya potensi dan energeia yang artinya aksi merupakan inti sari ajaran Aristoteles tentang fisika dan metafisika (.ibid). Konsep ini pun sekaligus menentang pendapat Parmenides dan Zeno. Dunamis di sini potensi, maksud Aristoteles berkaitan dengan ke-ada-an adalah bahwa sesuatu “yang tidak ada” hanya dapat menjadi “yang ada” secara konkrit.
Cara menjadi “yang ada” dari “yang tidak ada” melalui potensi “yang ada” dengan kata lain “yang ada” merupakan suatu potensi atau bakat untuk menghasilkan yang tadinya tidak ada menjadi sesuatu yang ada bentuknya. Memang benar “yang tidak ada” merupakan nihil atau nol. Tetapi dari “yang ada” bisa mewujudkan sesuatu “yang tidak ada” menjadi ada, berwujud, dan berbentuk. Inilah yang dinamakan potensi. Oleh karena itu harus dibedakan antara “yang ada” dan “yang tidak ada” tetapi, keduanya tidak bisa dipisahkan karena “yang ada” merupakan potensi dalam mewujudkan sesuatu “yang tidak ada”.
Beranjak dari konsepsi di atas maka Aristoteles memiliki konsep tentang materi dan bentuk yang sesuai pula dengan caranya dalam mengkonsepsikan “yang ada” dan “yang tidak ada”. Materi adalah kenyataan yang belum terwujud, yang belum ditentukan, tetapi memiliki potensi untuk mewujud atau dibuat wujud, yang nantinya akan ditentukan oleh bentuk (Hadiwijono, 50:2005). Misalnya dalam kehidupan sehari-hari orang mengenal kayu bisa sebagai, kayu bakar, kayu sebagai hiasan, mebel, dan sebagainya. Sepotong kayu yaitu memiliki materi yaitu kayu dan memiliki bentuk misalnya silinder, kotak, panjang dan sebagainya. Oleh karena itu maka antara materi dan bentuk tidak dapat dipisahkan.
Teologi
Aristoteles mempercayai tentang adanya Tuhan, meski pun tidak disebutkan secara eksplisit bahwa ada Tuhan yang memerintah dan memberi wahyu. Tuhan menurut Aristoteles lebih kepada suatu yang Agung sebagai menggerakan segala sesuatu. Aristoteles percaya bahwa segala sesuatu memiliki suatu tujuan. Sehingga sampailah pada kesimpulan bahwa dunia ini bertujuan. Tujuan gerak yang ada di alam semesta merupakan gerak yang bertujuan bukan untuk mencapai kesempurnaan, melainkan untuk menuju sampai sang penggerak yaitu Aktus murni yang zaman sekarang biasa disebut sebagai Tuhan atau Allah.
Jiwa dan Raga
Filsafat Aristoteles begitu konsisten mulai dari logikanya sampai tentang metafisika dan fisika. Bahkan dalam menelaah tentang jiwa dan raga juga menggunakan konsep yang sama yaitu tentang. Materi, bentuk, potensi, dan aktus. Pembicaraan tentang jiwa merupakan pembicaraan yang sebenarnya abstrak tetapi dengan konsep bentuk Aristoteles orang bisa memahami bahwa jiwa dapat diandaikan sebagai suatu bentuk.
Aristoteles memiliki pendapat bahwa tubuh merupakan materi dan jiwa merupakan bentuknya. jika tubuh adalah potensi maka jiwa adalah aktusnya. Jiwa adalah aktus utama yang paling asasi, yang menyebabkan tubuh menjadi tubuh yang hidup, jiwa juga merupakan asas hidup dalam arti yang seluas-luasnya, yang menjadi asas segala arah hidup yang menggerakkan tubuh, yang memimpin segala perbuatan menuju kepada tujuannya.
Pengenalan Pengetahuan
Dalam mengenal sesuatu Aristoteles seperti Plato yaitu menguraikan tentang pengenalan inderawi dan pengenalan rasional. Aristoteles berpendapat bahwa pengenalan inderawi merupakan pengenalan awal dalam mengenal sesuatu. Sesuatu yang dimaksud adalah berupa pengenalan bentuk. Misalnya, orang bisa membedakan mana bunga dan mana batu. Dengan inderawi saja orang bisa tahu tentang hal itu. Tetapi sebagai awal mula pengenalan yang lebih ilmiah, pengenalan rasional adalah pijakannya.
Pengenalan rasional menjadi pijakan ilmiah dikarenakan, rasio dapat mengabstraksikan sesuatu. Bisa membedakan mana bunga yang cocok untuk diletakkan di taman, dan mana yang cocok di dalam ruangan. Dengan kata lain pengenalan rasional ini merupakan proses berpikir, sesuatu yang tidak akan dapat dicapai dengan cara pengenalan inderawi. Orang selalu tahu bahwa ada kertas, pulpen, kunci dan sebagainya. Tetapi tanpa pengenalan secara rasio orang akan kehilangan arahnya, misalnya ada tiga kunci dan satu pengunci (gembok) sudah pasti dengan pengenalan rasional orang akan mencocokkan mana yang kira-kira sesuai dengan gembok tersebut dan bisa lebih jauh berpikir dengan mencoba kuncinya satu persatu. Pengenalan inderawi di sini hanya sampai melihat bahwa ada tiga kunci yang berbeda dan satu gembok. Oleh karena itu pengenalan inderawi terbatas pada pengenalan bentuk saja.

Aristoteles tidak terutama matematika tetapi kontribusi yang penting dengan sistematis, logika deduktif. Dia menulis pada mata pelajaran fisik: beberapa bagian dari posteriora nya Analytica menunjukkan pemahaman yang tidak biasa dari metode matematika.

Ada sedikit keraguan bahwa Nicomachus akan Aristoteles ingin menjadi dokter, untuk tradisi adalah bahwa keterampilan medis dirahasiakan dan diturunkan dari ayah ke anak. Bukan masyarakat di mana orang mengunjungi seorang dokter tetapi itu adalah dokter yang melakukan perjalanan sepanjang negara cenderung orang sakit. Meskipun tahun-tahun awal Aristoteles kurang dikenal, sangat mungkin bahwa ia akan menemani ayahnya dalam perjalanan. Kita tahu bahwa Nicomachus menemukan kondisi di Chalcidice kurang memuaskan daripada di negara tetangga Makedonia dan ia mulai bekerja di sana dengan sukses begitu banyak bahwa ia segera ditunjuk sebagai dokter pribadi untuk Amyntas III, raja Makedonia.

Tidak ada catatan untuk menunjukkan apakah Aristoteles tinggal bersama ayahnya di Pella, ibukota Makedonia, sementara Nicomachus hadir untuk Amyntas raja di pengadilan di sana. Namun demikian, Aristoteles tentu ramah dengan Philip, putra raja Amyntas, beberapa tahun kemudian dan tampaknya masuk akal untuk mengasumsikan bahwa dua, yang hampir persis usia yang sama, telah menjadi ramah di Pella sebagai anak muda.

Ketika Aristoteles adalah sekitar sepuluh tahun ayahnya meninggal. Hal ini tentu berarti bahwa Aristoteles tidak bisa sekarang mengikuti profesi ayahnya dokter dan, karena ibunya tampaknya juga telah mati muda, Aristoteles diasuh oleh seorang wali, Proxenus dari Atarneus, yang pamannya (atau mungkin seorang teman keluarga sebagai disarankan oleh beberapa penulis). Proxenus diajarkan Yunani Aristoteles, retorika, dan puisi yang dilengkapi ajaran Nicomachus biologis yang telah diberikan Aristoteles sebagai bagian dari pelatihan anaknya dalam pengobatan. Karena dalam kehidupan kedua Aristoteles menulis prosa Yunani baik, ini juga harus menjadi bagian dari pendidikan awal.

Pada 367 SM Aristoteles, pada usia tujuh belas tahun, menjadi mahasiswa di Akademi Plato di Athena. Pada waktu yang Aristoteles bergabung dengan Academy itu telah beroperasi selama dua puluh tahun. Plato tidak berada di Athena, melainkan ia pada kunjungan pertama ke Syracuse. Kita tidak harus berpikir Plato's Academy sebagai organisasi non-politik hanya tertarik pada ide-ide abstrak. Akademi sangat terlibat dalam politik saat itu, dalam kunjungan sebenarnya Plato ke Sisilia adalah untuk alasan politik, dan politik dari Akademi dan seluruh daerah akan memainkan peran utama dalam mempengaruhi perjalanan hidup Aristoteles.

Dia tinggal di Plato's Academy sampai sekitar 347).
Meskipun seorang murid yang brilian, Aristoteles menentang beberapa ajaran Plato, dan ketika Plato meninggal, Aristoteles tidak ditunjuk ketua Akademi. Setelah meninggalkan Athena, Aristoteles menghabiskan beberapa waktu bepergian, dan mungkin belajar biologi, di Asia Kecil (sekarang Turki) dan pulau-pulau. Ia kembali ke Makedonia di 338 untuk tutor Alexander Agung, setelah Alexander menaklukkan Athena, Aristoteles kembali ke Athena dan mendirikan sekolah sendiri, yang dikenal sebagai Lyceum. Setelah kematian Alexander, Athena memberontak melawan kekuasaan Macedonia, dan situasi politik Aristoteles menjadi genting. Untuk menghindari dihukum mati, ia melarikan diri ke pulau Euboea, di mana ia meninggal segera setelah.

Aristoteles dikatakan telah menulis 150 risalah filosofis. 30 yang bertahan menyentuh pada serangkaian luas masalah filosofis, dari biologi dan fisika dengan moral untuk estetika untuk politik. Namun demikian, banyak dianggap "catatan kuliah" bukannya lengkap, risalah dipoles, dan beberapa mungkin bukan karya Aristoteles tetapi anggota sekolahnya.

Sedangkan guru Plato Aristoteles telah menemukan realitas terakhir di Ide atau bentuk kekal, dapat diketahui hanya melalui refleksi dan alasan, Aristoteles melihat realitas hakiki dalam objek fisik, dapat diketahui melalui pengalaman. Benda, termasuk organisme, yang terdiri dari potensi, masalah mereka, dan dari sebuah realitas, bentuk mereka, dengan demikian, satu blok marmer - materi - memiliki potensi untuk mengasumsikan bentuk apapun pematung memberikan penyakit, dan biji atau embrio memiliki potensi untuk tumbuh menjadi tanaman hidup atau bentuk binatang.

Dalam makhluk hidup, bentuk itu diidentifikasi dengan jiwa; tanaman memiliki jenis terendah jiwa, hewan jiwa tinggi yang bisa merasakan, dan manusia sendiri memiliki rasional, jiwa penalaran. Pada gilirannya, binatang itu dapat diklasifikasikan dengan cara hidup mereka, tindakan mereka, atau, yang paling penting, oleh bagian mereka.

Meskipun karya Aristoteles di zoologi bukan tanpa kesalahan, itu adalah sintesis termegah biologis dari waktu, dan tetap otoritas tertinggi selama berabad-abad setelah kematiannya. pengamatan-Nya pada anatomi gurita, sotong, krustasea, dan banyak invertebrata laut lainnya sangat akurat, dan hanya bisa telah dibuat dari pengalaman pertama tangan dengan pembedahan. Aristoteles menggambarkan perkembangan embrio ayam yang; ia membedakan paus dan lumba-lumba dari ikan, ia menggambarkan perut bilik dari ruminansia dan organisasi sosial dari lebah, ia melihat bahwa beberapa hiu melahirkan muda hidup - buku-bukunya pada hewan dipenuhi dengan seperti pengamatan, beberapa yang tidak dikonfirmasi sampai beberapa abad kemudian.

Aristoteles klasifikasi hewan dikelompokkan bersama hewan dengan karakter yang sama ke genera (digunakan dalam arti lebih luas daripada ahli biologi saat ini menggunakan istilah) dan kemudian membedakan spesies di dalam marga. Dia membagi hewan menjadi dua jenis: mereka dengan darah, dan mereka tanpa darah (atau setidaknya tanpa darah merah). Perbedaan-perbedaan ini berhubungan erat dengan perbedaan kami antara vertebrata dan invertebrata.

Hewan-hewan berdarah, sesuai dengan vertebrata, termasuk lima genera: hewan berkaki empat vivipar (mamalia), burung, hewan berkaki empat yg menelur (reptil dan amfibi), ikan, dan ikan paus (yang Aristoteles tidak menyadari adalah mamalia). Hewan-hewan berdarah diklasifikasikan sebagai cumi (seperti gurita itu), krustasea, serangga (yang termasuk laba-laba, kalajengking, dan lipan, selain apa yang sekarang kita definisikan sebagai serangga); dikupas hewan (seperti kebanyakan moluska dan echinodermata); dan "zoophytes," atau "tumbuhan-hewan," yang diduga mirip tanaman dalam bentuk mereka - seperti kebanyakan cnidaria.

pemikiran Aristoteles tentang ilmu bumi dapat ditemukan dalam bukunya Meteorologi risalah - kata ini berarti studi tentang cuaca, tetapi Aristoteles menggunakan kata dalam arti yang jauh lebih luas, yang meliputi, seperti yang ia katakan, "semua kasih sayang kita sebut umum udara dan air, dan jenis dan bagian-bagian bumi dan kasih sayang bagian-bagiannya. " Di sini ia membahas sifat bumi dan lautan.

Dia bekerja di luar siklus hidrologi: "Sekarang matahari, bergerak seperti halnya, membentuk proses-proses perubahan dan menjadi dan membusuk, dan oleh wakilnya air terbaik dan termanis adalah setiap hari dilakukan dan dilarutkan menjadi uap dan naik ke atas daerah, di mana ia kental lagi dengan kembali dingin dan sehingga untuk bumi. "

Dia membahas angin, gempa bumi (yang menurutnya disebabkan oleh angin bawah tanah), guntur, petir, pelangi, dan meteor, komet, dan Bima Sakti (yang menurutnya fenomena atmosfer). Modelnya sejarah Earth berisi beberapa ide yang terdengar sangat modern:

Bagian yang sama dari bumi tidak selalu lembab atau kering, tapi mereka berubah sesuai sebagai sungai masuk ke dalam keberadaan dan kering. Dan hubungan tanah kepada perubahan laut juga dan tempat tidak selalu tetap darat atau laut sepanjang masa, tapi di mana ada lahan kering akan datang kepada laut, dan di mana sekarang ada laut, ada satu hari datang untuk menjadi kering tanah. Tapi kita harus menganggap perubahan ini mengikuti beberapa ketertiban dan siklus. Prinsip dan menyebabkan perubahan ini adalah bahwa interior bumi tumbuh dan meluruh, seperti tubuh tanaman dan hewan. . . .

Tetapi proses penting seluruh bumi terjadi secara bertahap dan dalam periode waktu yang begitu besar dibandingkan dengan panjang hidup kita, bahwa perubahan ini tidak diamati, dan sebelum program mereka dapat direkam dari awal sampai akhir seluruh bangsa binasa dan hancur.

Dimana Aristoteles berbeda paling tajam dari pemikir abad pertengahan dan modern dalam keyakinannya bahwa alam semesta tidak pernah memiliki awal dan tidak pernah akan berakhir, itu adalah abadi. Ubah, untuk Aristoteles, adalah siklus: air, misalnya, mungkin menguap dari laut dan hujan turun lagi, dan sungai mungkin akan menjadi ada dan kemudian binasa, namun kondisi secara keseluruhan tidak akan pernah berubah.

Pada Abad Pertengahan, karya Aristoteles ditemukan kembali dan antusias diadopsi oleh para sarjana abad pertengahan. pengikut-Nya memanggilnya Ille Philosophus (The Philosopher), atau "master dari mereka yang tahu," dan banyak diterima setiap kata dari tulisan-tulisannya - atau setidaknya setiap kata yang tidak bertentangan dengan Alkitab - sebagai kebenaran abadi. Menyatu dan berdamai dengan ajaran Kristen ke dalam sistem filsafat yang dikenal sebagai SKOLASTIK, filsafat Aristoteles menjadi filsafat resmi dari Gereja Katolik Roma. Akibatnya, beberapa penemuan-penemuan ilmiah pada Abad Pertengahan dan Renaissance dikritik hanya karena mereka tidak ditemukan dalam Aristoteles. Ini adalah salah satu dari ironi sejarah ilmu yang tulisan-tulisan Aristoteles, yang dalam banyak kasus didasarkan pada pengamatan tangan pertama, digunakan untuk menghalangi ilmu observasional.

Sartre




Jean-Paul-Charles-Aymard Sartre lahir di Paris pada 21 Juni 1905. Ketika ayahnya meninggal, Jean-Paul hanya bulan lima belas tahun, dan sakit dengan enteritis. Ketika ia sembuh, ibunya membawanya untuk tinggal di rumah orang tuanya, di Meudon pada tahun 1907. Dia manja sebagai seorang anak dan ibunya adalah seperti yang ia katakan "dalam rantai" dan diperlakukan seperti anak kecil. Ia dibesarkan oleh ibunya dan neneknya sebagai seorang Katolik, tapi kakeknya menyodok menyenangkan pada agama, menjadi Protestan sendiri. Sekitar tahun 1909, ia menderita leucoma di mata kanannya, ini akan mengakibatkan membuatnya "setengah buta dan dinding-bermata." Pada tahun 1911, keluarganya meninggalkan Meudon dan pergi untuk tinggal di Paris. Ia belajar sendiri membaca pada usia yang sangat dini, dan menghabiskan banyak waktu di perpustakaan kakeknya yang besar. usaha pertama Nya di sekolah adalah bencana, ketika salah satu hari pertama kakeknya kecewa dengan kemajuan, dan menarik dia hari kedua.

Dia mulai les privat dan pada usia sembilan ia menghadiri sekolah umum dan kemudian sebuah sekolah swasta. Tuhan telah berhenti menjadi objek berarti iman untuk anak itu, karena ia berkata, "Gagal mengambil akar dalam hati saya, Dia bervegetasi dalam diri saya untuk sementara waktu, maka Dia meninggal." Dia mengambil untuk menulis, dan diduga oleh semua orang untuk mengakhiri penulis.


Pada saat ini ibunya menikah lagi, dan mereka pindah ke La Rochelle. Pada 1920, ia pindah kembali ke Paris, dan pada bulan Juni ia melewati bagian pertama dari sarjana muda, dan pada 1922 ia melewati bagian kedua. Dia menulis tesis di tahun 1927, tetapi gagal ujian, dan pada tahun 1929 ia tidak hanya lulus ujian dia ditempatkan pertama kali di dalamnya. Pada saat ini ia resmi bertunangan dengan seorang putri grosir. Kemudian, ia bertemu Simone de Beauvoir, yang telah menempatkan kedua pada ujian. hubungan dekat mereka bertahan selama lebih dari setengah abad, sampai kematiannya pada tahun 1980. Mereka tidak pernah menikah berpikir, mengatakan bahwa mereka tidak perlu untuk formalitas borjuis perkawinan.

Pada tahun 1938, ketika Hitler mengambil alih Sudetenland, Sartre terbagi antara pasifisme pribadinya dan perasaan anti-Nazi. Pada tahun 1939, keputusannya dibuat untuk dia ketika ia masuk tentara untuk melawan Hitler. Pada tanggal 21 Juni, 1940 ketika Jerman menginvasi Perancis, ia ditawan. Pada bulan Maret tahun 1941, ia melarikan diri dari kamp penjara. Bulan berikutnya, ia memulai Liberty Sosialisme dan kelompok perlawanan.


Pada bulan Oktober, ia mulai mengajar di Condorcet Lycee dan terlarut Sosialisme dan Liberty. Pada bulan Mei tahun 1944 dramanya Keluar No perdana. Dia mengatakan bahwa itu adalah "upaya untuk 'mengulang' Menjadi dan Nothingness dalam kata-kata yang berbeda." Pada bulan Juli tahun yang sama de Beauvoir dan ia melarikan diri dari Paris, dan mulai publikasi yang disebut, Modern Times. Pada tahun 1945, The Age of Reason diterbitkan.

Pada tahun 1950, Sartre mencela Tenaga Kerja Camps Soviet. Dan pada tahun berikutnya permainannya, Iblis dan Tuhan Baik, perdana. Dia bekerja di Modern Times untuk sementara waktu dan pada 1958, dia berpartisipasi dalam protes againist Perang Aljazair dan konferensi pers tentang hak asasi manusia.

Pada bulan Juni tahun 1961, setelah ia pindah ibunya ke hotel, dan de Beauvoir dan dia dibeli dan apartemen di Paris, itu bomded. Pada Januari mendatang, apartemennya bomded lain kali, dan kali ini ia memutuskan untuk pindah keluar dari sana. Pada tahun 1964, ia dianugerahi Hadiah Nobel untuk Sastra dan menolaknya dengan alasan prinsip. Ia menolak untuk dua alasan. Yang pertama adalah bahwa itu adalah sebagai protes itu yang diberikan hanya untuk penulis Barat, dan pembangkang Soviet. Kedua, ia takut bahwa ia mungkin akan berubah menjadi lembaga tersebut.

Pada tahun 1962 ia mengadopsi Arlette Elkaim, sebuah musican berbakat. Pada tahun 1970, Sartre menerima redaktur nominal untuk beberapa publikasi kiri. Pada tahun 1972, berpikir bahwa "Setiap orang adalah binatang politik," mulai ia untuk mengedit sebuah makalah yang disebut Pembebasan.

Pada tahun 1976, film dibuat di Paris tentang dia, dan ia menerima bentuk doktor Universitas Ibrani. Ini adalah saat ini bahwa ia mengklaim bahwa ia tidak lagi menjadi Marxis.

Sartre meninggal pada tanggal 15 April 1978, setelah kunjungan ke Israel dengan anak angkatnya.

SUKU BUGIS




Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Deutero Melayu. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan.

Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.

Perkembangan
Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan. Masyarakat ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk suku Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang. Kerajaan Luwu adalah kerajaan yang dianggap tertua bersama kerajaan Cina (yang kelak menjadi Pammana), Mario (kelak menjadi bagian Soppeng) dan Siang (daerah di Pangkajene Kepulauan)

Masa Kerajaan

Kerajaan Bone
Di daerah Bone terjadi kekacauan selama tujuh generasi, yang kemudian muncul seorang To Manurung yang dikenal Manurungnge ri Matajang. Tujuh raja-raja kecil melantik Manurungnge ri Matajang sebagai raja mereka dengan nama Arumpone dan mereka menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah ade pitue.

KerajaanMakassar
Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan Gowa, Soppeng, Bone, dan Wajo, yang diawali dengan krisis sosial, dimana orang saling memangsa laksana ikan. Kerajaan Makassar (Gowa) kemudian mendirikan kerajaan pendamping, yaitu kerajaan Tallo. Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini (Gowa & Tallo) kembali menyatu menjadi kerajaan Makassar (Gowa).

Kerajaan Soppeng
Di saat terjadi kekacauan, di Soppeng muncul dua orang To Manurung. Pertama, seorang wanita yang dikenal dengan nama Manurungnge ri Goarie yang kemudian memerintah Soppeng ri Aja. dan kedua, seorang laki-laki yang bernama La Temmamala Manurungnge ri Sekkanyili yang memerintah di Soppeng ri Lau. Akhirnya dua kerajaan kembar ini menjadi Kerajaaan Soppeng.

KerajaanWajo
Sementara kerajaan Wajo berasal dari komune-komune dari berbagai arah yang berkumpul di sekitar danau Lampulungeng yang dipimpin seorang yang memiliki kemampuan supranatural yang disebut puangnge ri lampulung. Sepeninggal beliau, komune tersebut berpindah ke Boli yang dipimpin oleh seseorang yang juga memiliki kemampuan supranatural. Datangnya Lapaukke seorang pangeran dari kerajaan Cina (Pammana) beberapa lama setelahnya, kemudian membangun kerajaan Cinnotabi. Selama lima generasi, kerajaan ini bubar dan terbentuk Kerajaan Wajo.

Konflik antar Kerajaan
Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat, dan Soppeng serta Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik perbatasan dalam menguasai dominasi politik dan ekonomi antar kerajaan. Kerajaan Bone memperluas wilayahnya sehingga bertemu dengan wilayah Gowa di Bulukumba. Sementara, di utara, Bone bertemu Luwu di Sungai Walennae. Sedang Wajo, perlahan juga melakukan perluasan wilayah. Sementara Soppeng memperluas ke arah barat sampai di Barru. Perang antara Luwu dan Bone dimenangkan oleh Bone dan merampas payung kerajaan Luwu kemudian mempersaudarakan kerajaan mereka. Sungai Walennae adalah jalur ekonomi dari Danau Tempe dan Danau Sidenreng menuju Teluk Bone. Untuk mempertahankan posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo, dengan menyerang beberapa daerah Bone dan Sidenreng. Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan.

Wajo kemudian bergesek dengan Bone. Invasi Gowa kemudian merebut beberapa daerah Bone serta menaklukkan Wajo dan Soppeng. Untuk menghadapi hegemoni Gowa, Kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng membuat aliansi yang disebut "tellumpoccoe".

Penyebaran Islam
Pada awal abad ke-17, datang penyiar agama Islam dari Minangkabau atas perintah Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Mereka adalah Abdul Makmur (Datuk ri Bandang) yang mengislamkan Gowa dan Tallo, Suleiman (Datuk Patimang) menyebarkan Islam di Luwu, dan Nurdin Ariyani (Datuk ri Tiro) yang menyiarkan Islam di Bulukumba.

Kolonialisme Belanda
Pertengahan abad ke-17, terjadi persaingan yang tajam antara Gowa dengan VOC hingga terjadi beberapa kali pertempuran. Sementara Arumpone ditahan di Gowa dan  perlawanan yang dipimpin La Tenri Tatta Daeng Serang Arung Palakka. Arung Palakka didukung oleh
Turatea, kerajaaan kecil Makassar yang berhianat pada kerajaan Gowa. Sementara Sultan Hasanuddin didukung oleh menantunya La Tenri Lai Tosengngeng ArungMatowaWajo,MaradiaMandar, dan Datu Luwu. Perang yang dahsyat mengakibatkan banyaknya korban di pihak Gowa & sekutunya. Kekalahan ini mengakibatkan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya yang merugikan kerajaan Gowa.

Pernikahan Lapatau dengan putri Datu Luwu, Datu Soppeng, dan Somba Gowa adalah sebuah proses rekonsiliasi atas konflik di jazirah Sulawesi Selatan. Setelah itu tidak adalagi perang yang besar sampai kemudian di tahun 1905-1906 setelah perlawanan Sultan Husain Karaeng Lembang Parang dan La Pawawoi Karaeng Segeri Arumpone dipadamkan, maka masyarakat Makassar dan Bugis baru bisa betul-betul ditaklukkan Belanda. Kosongnya kepemimpinan lokal mengakibatkan Belanda menerbitkan Korte Veklaring, yaitu perjanjian pendek tentang pengangkatan raja sebagai pemulihan kondisi kerajaan yang sempat lowong setelah penaklukan. Kerajaan tidak lagi berdaulat, tapi hanya sekedar perpanjangan tangan kekuasaaan pemerintah kolonial Hindia Belanda, sampai kemudian muncul Jepang menggeser Belanda hingga berdirinya NKRI.

Masa Kemerdekaan
Para raja-raja di Nusantara mendapat desakan oleh pemerintahan Orde Lama (Soekarno) untuk membubarkan kerajaan mereka dan melebur dalam wadah NKRI. Pada tahun 1950-1960an, Indonesia khususnya Sulawesi Selatan disibukkan dengan pemberontakan. Pemberontakan ini mengakibatkan banyak orang Bugis meninggalkan kampung halamannya. Pada zaman Orde Baru, budaya periferi seperti budaya di Sulawesi benar-benar dipinggirkan sehingga semakin terkikis. Sekarang generasi muda Makassar & Bugis adalah generasi yang lebih banyak mengkonsumsi budaya material sebagai akibat modernisasi, kehilangan jati diri akibat pendidikan pola Orde Baru yang meminggirkan budaya mereka. Seiring dengan arus reformasi, munculah wacana pemekaran. Daerah Mandar membentuk propinsi baru yaitu Sulawesi Barat. Kabupaten Luwu terpecah tiga daerah tingkat dua. Sementara banyak kecamatan dan desa/kelurahan juga dimekarkan. Namun sayangnya tanah tidak bertambah luas, malah semakin sempit akibat bertambahnya populasi dan transmigrasi.

Mata Pencaharian
Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.

Makassar Perantauan
Kepiawaian suku Makassar dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga Malaysia, Filipina, Brunei, Thailand, Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah suburb yang bernama Maccassar, sebagai tanda penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka

PenyebabMerantau
Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik sesama kerajaan Bugis pada abad ke-16, 17, 18 dan 19, menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Selain itu budaya merantau juga didorong oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat diraih melalui kemerdekaan.

Bugis diKalimantan Timur
Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaja, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya diantaranya ada yang hijrah ke daerah Kesultanan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai. Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampong melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan.
Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama didalam menghadapi musuh. Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan didalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).

Makassar & Bugis di Sumatera dan SemenanjungMalaysia
Setelah dikuasainya kerajaan Gowa oleh VOC pada pertengahan abad ke-17, banyak perantau Melayu dan Minangkabau yang menduduki jabatan di kerajaan Gowa bersama orang Bugis lainnya, ikut serta meninggalkan Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Disini mereka turut terlibat dalam perebutan politik kerajaan-kerajaan Melayu. Hingga saat ini banyak raja-raja di Johor yang merupakan keturunan Makassar.
 

Kabar Video

">Index »'); document.write('

?max-results=10">Pendidikan

');
  • ?max-results="+numposts1+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
">Index »'); document.write('

?max-results=10">Politik

');
  • ?max-results="+numposts1+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");

Pendidikan

.

Tes Footer

Support : twitter@wajoterkini | facebook WAJOTERKINI.com | PinBB: 2A9F133B | Google@wajoterkini
Copyright © 2011. Kawali News - All Rights Reserved
Template Created by Published by Bakri Grafika
Proudly powered by wajoterkini